DENGAN OVO & GOPAY ? ATAU VIA PULSA ? AYO RASAKAN !! BERMAIN JUDI ONLINE FAIR PLAY NO.1 SEINDONESIA !! HANYA DI POKER757 !!.

Trauma Dan Nikmat Nadya Si Teman Sekantor Yang Baru

No Comments
   
Trauma Dan Nikmat Nadya Si Teman Sekantor Yang Baru
Trauma Dan Nikmat Nadya Si Teman Sekantor Yang Baru
       Cersex - Semenjak kedatangan-nya, suasana kantor agak berubah. Orang2 jadi semakin rajin, entah mengapa. Dia bukanlah direktur yang baru, bukan pula sekretaris baru yang berpakaian seksi. 

Nama-nya Nadya. Perempuan ber-umur 27 tahun ini disukai sekaligus juga dibenci. Disukai karena kerja-nya cepat dan sangat efektif, serta sangat cerdas, tetapi disisi lain dia selalu mengeluh dan memarahi kami karena keterlambatan kami atau hal2 sepele lain-nya.

Nadya bukanlah direktur, juga bukan senior designer. Posisi-nya sama dengan-ku, junior designer. Yang membedakan-nya dengan-ku dan beberapa teman lain-nya adalah Nadya lulusan universitas kenamaan di Amerika Serikat, dengan prestasi membanggakan. 

Selain itu Nadya juga keponakan dari Owner perusahaan desain interior ini. Berdarah Jawa- Belanda, dengan tampang indo layak-nya model2 catwalk, rambut hitam panjang dengan kacamata tipis dan pakaian-nya yang selalu modis, sudah tentu lelaki menyukai-nya. Namun entah kenapa kami malas untuk akrab dengan-nya, selain karena sikap-nya yang selalu ketus dan tidak bersahabat itu, juga karena kami merasa tidak selevel dengan-nya. Apalagi kebanyakan dari kami adalah lulusan universitas lokal, dan sewaktu kuliah membolos sudah jadi makanan kami (tidak bisa nyontek di kuliah desain interior). Walaupun kami datang dari universitas mentereng, tetap saja tidak bisa membandingkan diri kami dengan Nadya.

Aku sendiri berusia 29 tahun, masih jomblo dan belum menikah. Bukan karena aku tidak laku, tapi aku masih agak shock ketika setahun yang lalu pacarku selingkuh dengan sahabat-nya sendiri. Memang mereka tidak melakukan hal2 yang melanggar norma kesusilaan, tetapi jalan dengan laki2 lain dan saling berkirim sms mesra di tengah2 persiapan pernikahan, apa bukan selingkuh itu nama-nya ?

Teman2ku yang lain sering menggodaku agar aku mendekati dan mencoba akrab dengan Nadya, karena menurut informasi yang beredar, Nadya belum memiliki pacar. Wajar saja hal ini terjadi mengingat yang masih bujangan di kantor ini selain aku dan Nadya. Cuman ada seorang desainer senior yang selalu tidak beruntung dalam masalah percintaan dan seorang office boy. Aku pun bertanya2 kenapa Nadya tidak laku padahal dia sangat cantik dan pintar. Apa karena sikap-nya yang ketus ? atau mungkin saja dia lesbian ? haha.

Minggu ini minggu yang sangat melelahkan. Selain mengerjakan desain interior untuk sebuah mall yang akan dibangun, aku dan Nadya harus rapat sore hari bersama developer sebuah gedung perkantoran. Selama di mobilku Nadya hanya diam saja sembari mendengarkan musik di ipodnya. 

Sudah tentu dia pasti tidak akan menjawab jika aku sekedar ingin mengobrol atau berbasa-basi dengan-nya. Sebab selama ini pembicaraan-ku dengan dia hanya sebatas pekerjaan saja. Dia juga tidak pernah bergabung dengan orang2 kantor mencari makanan murah disekeliling gedung perkantoran. Entah dia makan dimana, karena menurut para direksi dan senior designer, Nadya tidak pernah makan bersama mereka. Tentu saja karena walaupun sudah berduit dan lebih berumur dari kami, para direksi dan senior designer pasti mencari makan murah untuk berhemat.

Rapat berlangsung sangat lama. Waktu sudah menunjukkan pukul jam 8 malam. Tetapi Nadya masih berdiskusi dengan pihak pengembang soal konsep desain interior gedung perkantoran itu. Bila rapat dengan rekan yang lain, pasti mereka akan mencari2 alasan atau sengaja mengarahkan pembicaraan agar rapat cepat selesai. dan Akhirnya rapat selesai juga. Waktu menunjukkan pukul 8.30PM. rapat berlangsung sangat lancar, dan tidak satupun ucapan Nadya yang dibantah. Harus kuakui gadis ini sangat hebat dalam berargumen.


Jalanan sudah agak lengang karena jam macet sudah lewat. Aku dan Nadya berada di dalam mobil, menuju ke kantor. Aku pun membuka pembicaraan.

“Udah malem di kantor ga ada siapa2, mau cari makan dulu tidak sebelum kembali ke kantor ? “ tanya-ku berbasa basi.

“Gak usah,. langsung ke kantor aja” jawab-nya pelan dan pasti. 

Tak sampai 5 detik dia langsung memasangkan headset ipod ke telinganya. Buset!. Dingin sekali tanggapan-nya. Yasudah, Aku tidak ambil pusing, dengan buru2 aku segera menyetir mobil ke arah kantor agar aku bisa cepat pulang dan makan malam.

Kantor kami terletak di sebuah gedung berlantai 7, di daerah yang mentereng di Jakarta Selatan. Kantor Konsultan desain interior kami berada di lantai paling atas, berbagi lantai dengan 3 kantor lainnya. Aku memarkirkan mobil-ku dengan asal2an di tempat parkir. Tumben, pikirku, para satpam lagi kemana ? aku dan Nadya langsung masuk, menaiki lift dan kemudian masuk ke kantor. 

Suasana kantor agak gelap karena memang sudah tidak ada siapapun. Aku mencoba membuka pintu pantry untuk mengambil makanan ringan di kulkas, namun pintu pantry sudah terkunci. Memang kebiasaan office boy kami untuk mengunci semua pintu di kantor, kecuali pintu utama yang biasa-nya selalu dikunci oleh satpam setelah semua pergi.

Untung saja pintu belum dikunci ketika kami masuk. Entah karena malas atau apa, kami tidak menyalakan lampu utama. Karena besok pagi desain awal hasil rapat sudah masuk ke desainer senior, maka kami membereskan hasil rapat tadi di ruang rapat utama. Nadya bekerja dengan sangat teliti mengetik laporan dengan MacBook nya. Sementara aku mengumpulkan hasil sketsa ‘dan denah ruangan dalam satu bundel sambil menahan perut lapar dan tak henti2nya aku melihat ke arah jam. 

Setelah tugas-ku beres, aku membereskan mejaku, dan bersiap untuk pulang sementara Nadya mem-print hasil ketikan-nya. Nadya sudah akan pergi ketika aku memasukkan alat tulis ke tasku.

“Aku pulang duluan ya..!” Nadya berjalan ke arah pintu. 

Aku tersenyum sekena-nya dan meregangkan tubuh dulu sebelum benar2 akan pulang. Tiba2”

“SHIT!!..” 

Aku mendengar teriakan Nadya dari arah pintu utama. Aku bergegas berlari ke arah pintu utama. Rupa-nya Nadya sedang berdiri mematung di depan pintu yang tertutup.

“Kenapa ?” tanyaku heran

“Pintu-nya dikunci” jawab Nadya sambil menarik2 handle pintu sekuat tenaga.

Sial, pikir-ku. Rupa-nya tidak ada satpam di luar itu dikarenakan mereka sedang patroli, sekaligus mengecek adakah orang yang lembur malam ini. Rupanya karena kami berdua tidak menyalakan lampu2 utama, yang menyebabkan ruangan kantor seperti tidak ada orang, mereka mengunci pintu tanpa memeriksa terlebih dahulu. Aku mulai panic karena jalan satu2nya keluar dari kantor ini adalah pintu itu. Tangga darurat ada di seberang pintu kantor. Sial. Sekali lagi sial. Semua pintu sudah dikunci. Aku berlari mengintip ke jendela. Sia2. Jendela kantor kami tidak ada yang menghadap ke kantor satpam. Aku blingsatan kesana kemari, dan dengan marah kutendang pintu kaca yang tebal itu. Tak ada reaksi kecuali kakiku yang sakit. Desain pintu yang kuat agar kantor aman ternyata menjebak kami di kantor.

Aku mengeluarkan handphone dari saku celana-ku dan menelpon office boy, untuk menyuruh-nya kembali ke kantor. Sial sekali lagi. Telpon-nya tidak aktif. Hebat.!

Nadya hanya diam walau bisa kulihat muka nya memerah menahan marah. Mungkin dia juga ingin cepat pulang, ada janji atau apapun. Tapi Nadya tetap berusaha kalem dengan menelpon paman-nya, sang owner perusahaan desain ini. Aku bisa mendengar percakapan mereka.

“Hallo om..”

“Eh Nadya, ada apa ?”

“Om, aku kekunci di kantor”

“Lah kok bisa ? “

Nadya menjelaskan situasinya ke paman-nya.

“Waduh”. Gawat juga.. OB nya pun ga bisa ditelpon ?”

“Iya om”.

“Teriak2 gih, coba panggil satpam-nya”

Percuma kupikir. Aku pernah lembur dan melihat kelakuan para satpam itu ketika waktu sudah menunjukkan jam 9 keatas. Setelah patroli dan mengunci pintu2 utama, mereka langsung ke kantor mereka, untuk nonton tv rame2, main kartu, bahkan kadang2 mabuk bareng.

“Ga bisa om” nada bicara Nadya sudah mulai memelas.

“Hmm”..  om akan usahakan cari bantuan, tapi om lagi di luar kota sekarang”

“KOK OM GAK BILANG DARI TADI KALAU ADA DI LUAR KOTA ?!?” Nadya meledak. 

Ditengah kekalutan aku mencoba menelpon semua nomor telpon kantor. Dan sial-nya, kebanyakan dari mereka tidak aktif. Ada yang mengangkatnya dengan background suara hingar bingar diskotik dan suara teler ga karuan. Tolol. Di tengah minggu malah dugem. Nadya, terus menekan pamannya. Aku berusaha menelpon semua-nya, tetapi entah kenapa sinyal hape-ku tiba2 hilang. Aku kalut, mencari telpon kantor. Dan hanya telpon di meja front office saja yang bisa dipakai untuk menelepon ke luar. Aku berlari kearah front office dengan panik. 

Dan bodoh-nya tiba2 aku terjatuh tersangkut pojokan meja. Aku jatuh ke meja menimpa telpon kantor. Aku kaget dan langsung bangkit. Berharap telpon tidak rusak. Aku lalu mengangkat telpon-nya. Ternyata ada nada sambung. Aku mencoba menekan nomer yang ku hapal. Lagi2 sial. Rupa-nya kejadian tadi menyebabkan tombol 0 rusak dan tidak bisa ditekan. Nomer telpon HP mana yang tidak ada 0 nya ? sedangkan aku tidak punya nomor telpon rumah orang kantor. Ide tiba2 muncul, aku membuka laci front office untuk melihat data nomer telpon pegawai.

SIAL ! SIAL! Laci-nya terkunci. Sementara itu Nadya masih menelpon paman-nya.

“JADI GIMANA DONG OM ?!?” Bentak Nadya

“Sabar nadya, kamu sama siapa disana ?”

Nadya menyebutkan nama-ku.

“Oh.. sama dia... Aman kalau sama dia Nadya, kamu tunggu besok aja, kamu.." Belum sempat paman-nya menyelesaikan kalimat-nya, Nadya dengan kesal melemparkan handphone-nya ke dinding dan handphone-nya hancur berkeping2.

“Kenapa kamu banting.. ?!?!?” Bentak-ku

Nadya hanya terdiam. Dia menarik nafas dalam2.

“Telpon kantor /? “ tanya-nya pendek

“Rusak..” jawab-ku tak kalah pendek-nya.

“Kenapa.. ?” Muka-nya mulai memerah. Mata-nya berkaca2

“Tadi aku jatuh, telpon-nya ketindih badan ku” Jawab-ku sambil memalingkan muka.

“TOLOL !!” Nadya membentak-ku dan tangan kanan-nya mengayun untuk menampar pipi-ku. Dengan tangkas aku menangkap tangan-nya dan melepasnya kembali.

“Lebih tolol mana sama orang yang ngebanting hape nya sendiri ? hah ? “ sindir-ku.

—– 30 menit berlalu ——-

Ruang rapat penuh asap rokok sekarang. Aku menghisap rokok kretek ku dalam2 dan membuang asapnya ke langit2. Nadya duduk di pojokan sambil menghisap rokok mentholnya. Kami sudah saling diam selama 30 menit lebih. Tidak ada alasan bagiku untuk mengobrol dengan wanita judes ini. Bikin pusing. Tapi aku mencoba menengok untuk melihat keadaan-nya. Khawatir juga. Jangan2 nekat gantung diri.

“Apa kamu lihat2 ?” Nadya membalas tatapan-ku dengan pertanyaan dingin

“Gw punya mata, boleh dong liat kemana aja!” Jawab-ku tak kalah dingin.

“Ngeri tau gak, berdua doang sama cowok macem kamu”

“Eh.. Lu baru masuk kemaren sore Nad, blom kenal siapa gw..” Aku menatap penuh emosi ke arah Nadya.

“Ah..! semua cowok sama aja!” Nadya membuang muka

“Apa maksud lu ?” Tanya-ku penasaran

“Ah, tau lah”. Jawab-nya sembari mematikan rokok-nya di pot bunga yang sekarang beralih fungsi sebagai asbak.

“Lo tau kan otak cowok isinya seks melulu ?” Suara Nadya terdengar tidak enak

Aku hanya terdiam.

“Bahaya! tau gak berdua doang sama cowok asing. Salah2 gw diperkosa!!” Nadya berkata ketus

“EH.. Sori ya mbak-sok-pintar lulusan luar negri yang masuk karena koneksi” Nada bicaraku meninggi. 

“Biar kata lu cantik, juga ga bakal ada cowok mau perkosa lo ! Mana ada orang mau merkosa orang ngeselin macem elo !!!” Bentak-ku lagi.

“Orang yang gak bisa bersosialisasi macem lo ! Orang yang egois ! Ga ada empati sedikitpun sama orang kantor ! Ga ada bagus2nya ! Mentang2 ni kantor punya om lu, lu mau seenak-nya aja disini ?!?!?” Aku sudah naik pitam. Tidak mampu menahan kesabaran lagi.

“argghhh!!” Nadya tidak bisa berkata2 lagi.

“Enak aja lo bilang gw mau merkosa elo ! mendingan gw tidur ama pecun daripada nyentuh badan lo!” Nafas-ku habis. Sudah kuluapkan semua kekesalan-ku kepada Nadya.

Tiba2 Nadya berlutut. Melepas kacamatanya dan mulai menitikkan air mata. Dia membanting kacamatanya dan mulai menangis sesenggukan. Shit.! Rupanya kata2ku tadi kelewat kasar. Makin lama tangis Nadya makin keras. waduh Aku pun mendekati-nya dan mencoba memegang bahunya.

“heii.. Nadya.. Sorry..  mungkin gw terlalu kasar.. “ aku minta maaf.

Nadya menepis tangan-ku dan terus menangis.

“Nad...?.” Aku agak membungkuk untuk melihat wajah-nya. 

Tapi tiba2 Nadya memeluk-ku dan menangis di dalam pelukan-ku. Aku terdiam sembari mengelus2 punggung Nadya. Sekitar 10 menit dia menghabiskan tangisnya di peluk-ku. Aku yang pegal lalu duduk di lantai bersandar pada dinding. Nadya duduk di sebelah-ku, dengan pandangan kosong. Tak beberapa lama Nadya memulai pembicaraan.

“Maaf.. tadi aku lancang ngecap kamu sembarangan..” kata-nya pelan

“Gw juga Nad” maaf tadi terlalu kasar.. “ jawab-ku.

“Aku yang mulai Kasar. Kupikir semua laki2 emang sama. Baik pada awal-nya tapi ternyata brengsek” ucap Nadya.

“Ga Semua laki2 brengsek kok Nad..” Jawab-ku

Lalu kami terdiam cukup lama.

“Aku pernah diperkosa.. " Nadya tiba2 bercerita.

“heh..??” Aku tidak bisa menyembunyikan mimik heran dari wajah-ku.

“Waktu aku baru kuliah di US, ada kakak kelas yang ngedeketin aku.. “ Lanjut Nadya

“Dia baik banget sampe pada akhirnya aku diundang ke pesta di asrama-nya” Pestanya rame, dan ternyata minuman-nya beralkohol semua..” kata-nya pelan

“Aku dibuat mabuk..” dia terus bercerita 

“Lalu aku dibawa masuk ke kamar dan disana aku diperkosa oleh-nya” Nadya menghela nafas panjang dulu.

“Sejak saat itu aku ga pernah lagi percaya sama cowok.. “ sambung-nya lagi 

Nadia lalu mengambil sebatang rokok menthol dari bungkus-nya, meremas bungkus-nya yang sudah kosong, lalu melemparkan bungkus-nya ke pot bunga. Aku memberikan korek api ku ke Nadya. Nadya lalu menyalakan rokok-nya dengan korek milik-ku.


Aku tidak berani berbicara lagi. Aku tadi telah lancang berbicara seperti itu kepada Nadya.

“Gimana kehidupan cinta kamu ?” tanya Nadya

“Mmmm..? “ Aku diam tak berani menjawab

“Setelah kejadian itu! aku ga pernah berhubungan sama laki2 lagi.. “ kata-nya. 

“Sekarang giliran kamu cerita.. “ sambung nya sambil tersenyum kepada-ku

Aku sedikit terkejut. Ternyata jika tersenyum Nadya manis sekali. Aku tidak pernah melihat-nya tersenyum semenjak dia masuk kantor.

“Mmmm”  Aku harus-nya tahun lalu menikah”  jawab-ku

“Tapi.. ?” Tanya-nya sambil menghisap rokok mentholnya.

“Tunangan ku selingkuh..” Jawab-ku pelan. 

Tak ingin rasanya menceritakan hal tersebut. Aku menarik nafas dalam2 dan memandang ke arah langit2. Nadya tidak menimpali jawaban-ku. Dia mematikan rokoknya di pot bunga.

Waktu berjalan sangat lama. Aku dan Nadya berbicara tentang banyak hal. Mulai dari jaman kuliah, sma, segala macam. Ternyata Nadya menyenangkan jika diajak bicara. Tak jarang ia tertawa bersama-ku, menertawakan kejadian2 konyol di kantor yang terjadi sebelum kedatangan-nya. Tak terasa sudah jam 12 malam. Aku sangat capek. Aku mencoba tidur. Aku masih bersender pada dinding, sementara Nadya tertidur, dengan menggunakan bahu-ku sebagai sandaran.

“Dingin..” Nadya tiba2 memeluk-ku. 

Aku tak tahu harus berbuat apa. Sebagai lelaki normal, yang sudah lama tidak berhubungan dengan perempuan, aku tiba2 merasa deg2an, dan suhu tubuhku memanas. Aku mengira Nadya bisa merasakannya, karena dia memeluk tubuhku sekarang. 

“Hmmmm.. jadi yang bujangan di kantor Cuma aku, kamu, sama Pak Yudi ? “ tanya Nadya.

“Iya.” jawabku pelan sambil menahan perasaan aneh ini.

“Hehe..” Nadya tertawa kecil

“Kenapa ? “ tanya-ku.

“Tidak. tidak ada..” kata-nya sambil menahan tawa.

“Baik aku pikir. Ga ada salahnya kalo satu dari kalian aku pacarin!” Nadya melanjutkan ucapan-nya.

“Oh.. jadi lu demen ya sama om2 bujangan tua..” timpal-ku

“Haha.. enak aja.. Coba kamu itung 45 – 27 = 18, jauh kan umurku sama Pak Yudi.” jawab-nya

“27 ? Kirain 35” ledek-ku.

Nadya berusaha untuk menjewer telinga-ku tetapi aku menghindar, menangkap tangan-nya, tetapi aku kehilangan keseimbangan sehingga aku terjatuh kearah kanan dan tak sengaja menarik Nadya ikut jatuh juga menimpa tubuh-ku. Aku yang jatuh menyimpang kekanan ditimpa oleh Nadya yang menghadap telinga-ku. Akhir-nya dia menjewer telinga-ku tanpa ampun.

“Aduh !. Sakit tau !” Aku berusaha memberontak tapi Nadya malah tertawa2 dan terus mencoba menghukum-ku. 

Aku berusaha bangkit tetapi Nadya malah memeluk-ku.

“Aku hanya ingin diperlakukan dengan lembut oleh laki2.” bisik Nadya.

Aku memperbaiki posisi jatuh-ku. Aku tiduran terlentang di ruang rapat membuat Nadya menimpa tubuh-ku. Aku bangkit dan Nadya ikut memperbaiki posisi-nya. Aku kembali duduk, tetapi sekarang Nadya ada di pangkuan-ku dan tetap memeluk leher ku.

“Aku merhatiin kamu terus semenjak pertama kali masuk kantor” Nadya kembali berbisik. 

“Kamu paling sopan dan lembut sama perempuan kalo dibandingin sama yang lain. Ditambah lagi”  kamu belum nikah kan” dan om ku bilang, kamu orang yang baik” Nadya terus berbicara.

“Baru tadi kan bilangnya, gw juga denger.. “ jawab-ku

“Enggak dong. Dari awal aku masuk kantor, om udah bilang kalo kamu selain kinerjanya paling bagus, kamu juga sopan, ramah dan orangnya menyenangkan” Nadya membantah ucapan-ku.

 ”Kayaknya lucu kalau kita pacaran” Nadya melanjutkan ucapan-nya.

Aku kaget. Baru pertama kali seumur hidup ada perempuan yang mengatakan ingin ku pacari. Dan perempuan itu adalah perempuan yang cantik-nya minta ampun seperti Nadya. Aku tak bisa bicara apa2.

Kami berdua saling memandang. Tiba2 entah siapa yang memulai, kami memajukan kepala kami masing2 dan berciuman. Bibir Nadya sungguh hangat. Aku memeluk erat pinggang-nya dan Nadya meremas rambut belakang-ku. Kami berdua berciuman sangat lama. Ku rasakan kacamata Nadya menekan2 wajah-ku. Tapi aku tidak peduli. 

Bibir kami saling memangut. Lidah kami saling beradu. Aku semakin menguatkan pelukan-ku. Dan nadya melepaskan ciumannya. Hidungnya beradu dengan hidung-ku. Dapat kurasakan nafas-nya yang panas dan memburu. Nadya melepas kacamata-nya dan meletakkan-nya di sembarang tempat. Tanpa terasa Nadya membuka kancing baju-ku. Dia melakukan-nya sambil menciumi leher-ku. Agak sulit membuka kancing-ku dalam keadaan seperti itu, tetapi Nadya cuek.

Aku tak mau kalah. Ku lepaskan leher-ku dari jangkauan bibir nadya, dan mulai meraih kancing kemeja-nya. Tak berapa lama baju-nya terbuka. Tanpa diminta Nadya membuka ikat pinggang-nya dan melepas celana-nya. Di depan-ku berdiri perempuan blasteran Jawa-Belanda, dengan kulit yang putih dan mulus, hanya memakai pakaian dalam berwarna merah menyala. Aku menelan ludah, melihat tubuh Nadya yang indah, bagaikan model catwalk yang langsing dan proporsional.

Nadya kembali menyerang-ku. Bibir kami kembali saling berciuman, tanpa sadar tangan-ku mengarah pada toket Nadya. Aku meremas-nya dengan lembut. toket-nya yang proporsional terasa sangat empuk di tangan-ku. Aku dengan cepat menyisipkan tangan-ku ke dalam BH-nya. Nadya tiba2 memegang pergelangan tangan-ku. Dia menahan tangan-ku dan seakan menyuruh-ku untuk mundur. Setelah aku menarik tangan-ku kembali, tangan Nadya mengarah ke punggung-nya dan dia melepas pengait BH-nya, melepas BH-nya sendiri. Nadya tersenyum kepada-ku dan berkata.

“Kenapa melongo gitu..? Kayak orang bego tau..”. Aku malu sendiri dan membuang muka.

Aku langsung dekati Nadya dan menjilat telinga dan leher-nya yang mulus, Lidah-ku turun menyusuri Toket-nya yang kencang dan padat, ku jilat puting-nya dan ku sedot dengan lembut kiri dan kanan bergantian.

Nadya memegang pipi-ku, dan kemudian tangan-nya gantian menyusuri tubuh-ku, untuk kemudian membuka ikat pinggang-ku. Aku pasrah, dan Nadya pun menciumi tubuh-ku mulai dari leher sampai ke perut. Aku kaget saat tangan Nadya menurunkan celana beserta Celana dalam-ku dan menggenggam kontol-ku yg sudah tegak berdiri. Nadya langsung mengulum kontol-ku. Aku sedikit kaget karena tidak terbiasa dengan oral seks. 

Pada saat dengan tunangan-ku dulu, boro2 oral seks, Ku pinta pegang2 sedikit saja sudah kena marah. Padahal aku bukan orang yang tanpa pengalaman seks. Sebelum berpacaran dengan-nya, aku beberapa kali ML dengan pacar2ku yang dulu.

Aku meringis menahan geli nikmat akibat permainan lidah Nadya. Dia sangat pintar memainkan kontol-ku dengan mulut-nya. Tindakan-nya bervariasi, tidak hanya mengulum-nya tetapi juga dengan menciumi bagian2 yang sensitive dan memainkan lidah-nya di kepala kontol-ku. Ku pikir mungkin sebelum kejadian perkosaan yang menimpa-nya di US, Nadya sudah sangat berpengalaman dalam hal ini.

Aku tidak tahan dan berusaha menahan kepala Nadya ketika ku rasakan sperma-ku hampir keluar. Nadya tampak-nya mengerti dan menghentikan kegiatan-nya. Dan dalam beberapa menit kemudian Nadya menanggalkan semua pakaian dalam-nya, begitu juga dengan-ku. Badan telanjang kami berdua bergumul di lantai ruang rapat. Saling berciuman, berpelukan dan menikmati lekukan tubuh lawan.

Hingga pada akhirnya Nadya telentang di atas karpet, Wajah kami salaing berhadapan. Mata-ku memandang dekat2 mata-nya yang indah.

“Nad?”

“ya?”.  jawab-nya

“Kamu yakin mau lakukan ini ?” tanya-ku

“Kenapa bertanya begitu sekarang ?” kata-nya sambil tersenyum.

“Kita udah sampai sejauh ini.” lanjut-nya. 

“Dan sekarang aku menetapkan-mu jadi teman bercinta-ku” senyum tipis-nya meluluhkan hati-ku. 

Aku mencium kening-nya. Kedua kaki Nadya tanpa disuruh kini telah melingkari pinggang-ku. Kami berciuman dengan lembut. Kedua tangan-nya melingkari leher-ku. Ku-tempelkan kepala kontol-ku ke bibir memek-nya yang mulai merekah. Pelan2 aku menggesekkan kontol-ku di bibir memek-nya ke atas dan bawah sejajar garis memek nadya, mencari jalan masuk liang kenikmatan-nya. 


Tetapi tiba2 ku rasakan otot bibir memek-nya menegang, seakan menolak kontol-ku untuk masuk. Aku terdiam dan memandang wajah-nya, Mungkin dia masih trauma akibat kejadian di US itu, dan sudah lama tidak ML.

“It’s okay..”. Nadya mengisyaratkan bahwa dia tidak apa2.

Nadya membuka paha-nya sedikit lebih lebar lagi dan dia tampak mencoba untuk rileks. Pelan2 ku tempelkan kembali kepala kontol-ku di lubang memek-nya. Kepala kontol-ku perlahan mulai masuk. Aku mulai menggerakkan kontol-ku maju mundur, walaupun baru sedikit yang masuk. Perlahan namun pasti, kontol-ku semakin masuk kedalam lubang memek-nya.

“ngghh.. aaaahh..!” Nadya mengerang pelan dan agak meringis ketika kontol-ku masuk sepenuh-nya ke dalam memek-nya. 

Aku mulai menggerakan pantat-ku perlahan, kontol-ku pun mulai keluar masuk dengan posisi misionaris, sambil ku jilatin lembut puting-nya yang sudah mengeras.

“Mmmhhh.. sayang.. pelan2.. aahh..“ Nadya mengingatkan-ku untuk tidak bergerak terlalu cepat dulu. 

Dinding memek-nya yang sempit seakan memijat2 batang kontol-ku dengan lembut. Sangat nikmat sensasi ML dengan nadya ini. Perlahan ku tambah tempo genjotan-ku.

“Aahhh.. sayang.. mmmhhh.. oohhh.. “ Nadya mengerang-ngerang. menandakan dia sudah mendekati Klimaks. 

Tetapi aku tidak ingin malam ini berakhir secepat itu. Aku menghentikan gerakan-ku dan mencabut kontol-ku dan ketika Nadya akan membuka mulut-nya untuk berbicara, aku langsung meraih pantat-nya dan menggendong-nya. 

Aku bangkit dan duduk di kursi rapat membawa tubuh Nadya di pangkuan-ku. Nadya mulai berpegang pada pundak-ku. Dia mengerti dan segera menaikkan pantat-nya dan dengan perlahan2 dia mengarahkan lubang memek-nya ke kepala kontol-ku kembali. 

"oouhh.. " Desah kami berdua merasakan peneterasi yang nikmat itu.

Nadya mulai bergerak naik turun di pangkuan-ku. Memek-nya sempit-nya terus2an memijat2 batang kontol-ku dengan lembut.

Aku Meremas kuat Pantat semok-nya. Ku mainkan puting Nadya dengan gemas. Nadya menghentikan gerakan-nya dan berbisik lembut kepada-ku. 

“Sayang.. kalo udah mau keluar bilang ya. Jangan keluarin di dalam!” 

Aku mengiyakan-nya dan dia mulai kembali beraksi. Goyangan-nya tidak liar dan asal, tetapi begitu rapih. Begitu elegan dan anggun. Suara erangan kami memenuhi ruang rapat. Kami sudah tidak peduli lagi tentang kemungkinan satpam kembali lagi keatas dan menolong kami yang terkunci. Aku sudah tidak berpikir lagi untuk kembali menelpon orang kantor atau mencoba mendobrak pintu pantry dan keluar lewat tangga darurat.

Yang ada dipikiran-ku hanyalah kenikmatan Nadya. Rasanya tidak percaya saja gadis yang tadi-nya cuek dan judes kepada-ku ini bisa ada dipelukan-ku sekarang ini.

“Mmmmmhhh..” Nadya agak menggelinjang wajah-nya mendongak ke atas.

“Aaahhh.. Oooh..” Nadya kembali bersuara erotis.

Aku bisa merasakan Nadya akan mengalami klimaks lagi, karena selain merasakan gelinjangan tubuh-nya, aku pun merasakan memek-nya makin berjedut meremas kontol-ku. Aku pun mengimbangi dengan menggerakkan pantat-ku.naik turun berlawanan arah dengan genjotan Nadya, Kursi yang biasa-nya dipakai rapat itu menjadi saksi bisu percintaan kami.

“Sayang.. Ahhhhh..” desah Nadya yang makin mempercepat gerakan-nya. 

Aku lalu bangkit sambil menggendong Nadya. Aku mendudukkan Nadya di meja rapat, Nadya tetap memeluk-ku dan aku terus menggerakkan kontol-ku keluar masuk.

“ouuhh.. ohhhh.. Sayang... Aku mau.. Ahhhhh...” Nadya menggelingjang dengan hebatnya 

“Tahan sedikit. aku juga mau.. Nad.. oohh.. ” jawab-ku sambil tetap mengenjot memek Nadya

“Aaahhhhh..” Erang nadya panjang.

Paha Nadya mencengkram pinggang-ku dan kepala-nya mendongak ke atas. Mengerang nikmat menandakan bahwa dia sudah Klimaks. Aku pun terus menggerakkan kontol-ku menggosok lubang memek-nya.

”Aaaaaaaaaaahhh..!!” 

Ku lepas cengkraman-ku, Nadya pun rubuh telentang di meja rapat dan aku mencabut kontol-ku dari lubang memek-nya. Sperma-ku segera ku semprotkan di gunduk-kan memek-nya yang berbulu halus. 

"oohhh.." Desah-ku menikmati ejakulasi yang sangat luar biasa.

Nadya pun bangkit dan memeluk-ku. Kami berpelukan erat. Tidak berciuman, tidak melakukan apapun. Hanya berpelukan selama beberapa lama tanpa berbicara apa2. Nadya lalu melepaskan pelukan-nya dan turun dari meja. Dia lalu mencium pipi-ku lembut dan kemudian dia mulai memakai kembali pakaian-nya dan membersihkan sperma-ku dengan tisu.

Aku masih berdiri telanjang dan tertegun. Melihat Nadya yang bagaikan malaikat itu memakai pakaian dalam-nya satu persatu. Seksi sekali pemandangan itu.

“hei.. pake baju dong sayang. Ntar keburu pagi!” Nadya mengingatkan-ku

Aku segera mengenakan kembali pakaian-ku. Aku kembali mencoba tidur dengan bersandar di dinding. Nadya kembali pada posisi-nya duduk bersandar di bahu-ku.

Kami tertidur sampai pagi pun datang. Kami berhasil keluar jam 7 pagi saat ob tiba. Hari itu kami berdua sengaja di liburkan karena kejadian konyol itu. Selanjut-nya bisa ditebak. Kami jadi sering melakukan hal itu. ML dimana pun kapan pun kami mau. Nadya kini mulai terbuka pada orang2 kantor. Dia sudah bisa berkomunikasi dengan akrab, dan sinisnya makin lama makin menghilang. 

Ditambah lagi kini kami sudah berpacaran. Nadya menjadi ceria dan orang2 kantor tampak takjub melihat perubahan itu.

"Satu kejadian membuka jalan untuk Kejadian lain-nya". Dan sekarang, setelah kegagalan pernikahan-ku yang dulu, setelah beberapa lama kami berpacaran, aku akan mempersiapkan pernikahan-ku dengan Nadya.

back to top