DENGAN OVO & GOPAY ? ATAU VIA PULSA ? AYO RASAKAN !! BERMAIN JUDI ONLINE FAIR PLAY NO.1 SEINDONESIA !! HANYA DI POKER757 !!.

Kenyataan Antara Aku Dengan Kakak Mantan Pacarku Yang Bargairah

No Comments
Kenyataan Antara Aku Dengan Kakak Mantan Pacarku Yang Bargairah
Kenyataan Antara Aku Dengan Kakak Mantan Pacarku Yang Bargairah
         Cersex - Panggil saja aku Ditto, 28 tahun. Aku sekarang tinggal di Australia dan bekerja di perusahaan IT industry group yang cukup terpandang di sini. Aku hidup di negara kangguru ini lebih dari 10 tahun lama-nya. Sejak tamat dari SMA di salah satu kota di Jawa, orang tua-ku langsung mengirimku untuk menimba ilmu di sini.

Dan untuk status aku sementara ini masih belum menikah, setelah lebih dari 2 tahun lama-nya aku putus hubungan dengan pacar terakhirku. Hubungan kami telah berlangsung lebih dari 5 tahun di Australia, dan terakhir kami sempat menjalankan hubungan jarak jauh (LDR) hampir 6 bulan lama-nya (Indo - Australia), sampai kami sadar bahwa jalan hidup yang kami pilih telah berbeda. Kami putus dengan baik-baik, dan saling menghormati pilihan kami masing-masing.

Namun harus aku akui bahwa perasaan sedih, sakit, kecewa, dan kehilangan pastilah ada sejak itu. Tapi sekarang aku dan dia sudah 'move-on', Melupakan nya. Aku sekarang lebih menfokuskan diri-ku terhadap karir, dan juga rencana masa depan aku.

Saat ini pula aku sedang menjalankan hubungan kasih dengan kakak bekas pacar-ku ini, dan hubungan kami ini tidak banyak orang yang tau. Kami menjalankan hubungan ini benar-benar 'backstreet' dari keluarga-nya. Kami tidak tau bagaimana nanti kalo rahasia ini terbongkar, dan kami yakin suatu hari nanti rahasia ini pasti terbongkar juga antara keluarga-nya yang found out dengan sendiri-nya atau kami yang akan buka mulut sendiri.

Begitulah singkat cerita tentang aku sekarang ini. Sekarang aku ingin menceritakan cerita beberapa tahun yang lalu.

Sebutkan saja nama bekas pacar-ku Lisa. Umur-nya 5 tahun lebih muda dari aku. Lisa datang dari Jakarta. Orang-nya manis, warna kulit-nya sawo matang, bulu pelipit mata-nya tebal, bibir-nya tipis dan mungil. Dia juga memiliki sepasang mata berbinar, dan rambut yang bagus dan sempurna. Aku suka sekali mencium dan membelai rambut-nya kalo dia sedang tidur di dada-ku. Dia orang yang paling aku sayang, dan paling aku treasure saat itu.

Dekat nya hubungan kami, selama 5 tahun berhubungan dengan-nya, kami aktif dalam bercinta secara seksual. Kami sama sama pertama kali secara seksual (perawan) . Pengalaman yang tidak pernah aku lupakan seumur hidup aku. Kami bisa bercinta 4 sampai 5 kali dalam seminggu. Tergantung dengan situasi kami. 

Kami berpacaran ketika jaman kami kuliah, jaman di mana kita masih suka berhappy-happy istilah-nya, jadi kami banyak waktu luang dan tidak ada beban apapun. Pada saat itu aku baru memasuki tahun pertama master degree-ku dan Lisa baru memulai tahun pertama semester dua bachelor degree.

Hubungan seksual kami adalah hubungan seksual yang sehat, tiap 1.5 tahun sekali aku selalu menemani Lisa untuk ke clinic untuk medical check rahim nya secara rutin. Kami sepasang kekasih yang bahagia.

Lisa memiliki seorang kakak, nama-nya Karen. Karen juga kuliah di sini, dan 2 tahun lebih tua dari Lisa. Jadi artinya 3 tahun lebih muda dari aku. Pada waktu itu Karen transfer kuliah dari Jakarta ke Australia. Lisa terlebih dahulu yang kuliah di Australia.

Karena aku dan Lisa tinggal bersama sewaktu kami berpacaran, aku tidak keberatan kalo Karen juga tinggal di sini. Kebetulan apartment kami ada 2 kamar, kami sengaja tidak menyewa apartement dengan 1 kamar, dengan alasan kalo orang tua aku atau orang tua Lisa datang berkunjung, mereka tidak akan curiga. Namun orang tua kami telah mengijinkan kalo kami tinggal serumah. Jadi kedatangan Karen tidak menjadi masalah buat kami. 

Tapi Karen pernah berkata sebelum-nya sewaktu di Jakarta dan sesampai di Australia, kalo dia akan tinggal bersama kami sementara sampai dia nanti menemukan tempat tinggal sendiri. Mungkin karena Karen lebih ingin mandiri atau karena dia tidak enak hati, karena apartment itu aku yang tanggung semua. Namun lama-lama Karen mulai betah tinggal bersama kami, karena selain dia tinggal bersama adik kandung sendiri juga karena apartment kami sangat dekat dengan tempat kuliah-nya, dan tepat di dalam daerah metropolitan.

Perawakan Karen lebih tinggi dari Lisa, dan warna kulit-nya lebih putih, bibir-nya tipis dan mungil. Tapi mata-nya lebih sipit, dan memiliki warna dan corak rambut yang sama seperti Lisa. Orang-nya sedikit pendiam dibandingkan Lisa. Tapi untung-nya Karen bisa cocok dengan aku, dan dia suka cerita-cerita tentang sehari-harinya di tempat kuliah atau di mana saja. 

Aku merasa Karen seperti adikku sendiri. Dia pun tidak pernah sungkan-sungkan meminta pertolongan aku, seperti minta diantar ke supermarket atau minta tolong dijemput dari rumah teman-nya sehabis belajar kelompok sewaktu ujian tengah semester atau ujian akhir semester. Kami sering pula keluar bertiga, jalan-jalan keluar kota bertiga. Sampai pada akhir-nya Karen punya pacar.

Semenjak Karen punya pacar, Karen memutuskan untuk ikut patungan sewa apartment, karena pacar Karen sering datang menginap di apartment kami. Dia merasa sungkan apabila pacar-nya mungkin membuat aku merasa tidak nyaman karena sering menginap.

Semenjak pacar Karen sering menginap, banyak kejadian unik yang Karen perbuat, yang membuat aku jadi salah tingkah, dan membuatku pusing kepala juga. Ternyata Karen tergolong wanita yang aktive ngesex. 

Pernah sewaktu aku dan Lisa pulang dari makan malam, Lisa secara tidak sengaja melihat Karen sedang melakukan hubungan seks dengan posisi Karen di atas (woman on top), karena pintu kamar Karen tidak tertutup rapat, jadi terintip sedikit oleh Lisa. Dan suara erangan napsu Karen membuat aku dan Lisa pusing. Bukan membuat kami terangsang, tapi merasa risih. Pernah aku berpesan kepada Karen supaya 'pelankan suara', biar aku dan Lisa tidak merasa risih. Tapi sia-sia saja. Sampai pada akhir-nya aku menyuruh Karen untuk memutar music sewaktu berhubungan seks dengan pacar-nya.


Kebiasaan Karen sehari-hari menjadi berubah pula. Seperti contoh, biasa-nya Karen lebih suka memakai piyama lengkap setelah mandi. Tapi kali ini Karen selalu memakai daster lengan dan kaki pendek, dan lebih parah lagi tidak memakai bra sama sekali. Jadi kadang-kadang puting susu-nya terlihat jelas menempel daster-nya. Aku sering dibikin risih juga. 

Tiap kali kami nonton tv, makan, atau ngobrol bareng, aku selalu menjadi salah tingkah. Pernah aku bilang ke Lisa supaya menasehati kakak-nya untuk lebih menutupi daerah itu dengan bra. Namun Lisa hanya menasehati aku kembali untuk tidak ter-focus ke daerah toket Karen. Sebagai lelaki yang normal, nasehat Lisa sia-sia saja. Sampai pada akhir-nya aku menjadi bosan sendiri dengan kebiasaan baru Karen.

Sering juga Karen keluar dari kamar mandi hanya tertutup handuk, atau baru saja berhubungan seks dengan pacar-nya dia cuma memakai kaos pacar-nya yang longgar sampai di lutut dan lewat di depan mukaku menuju ke toilet untuk cuci memek-nya atau kencing. Lama-lama aku semakin terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Aku sudah tidak menghiraukan lagi, selama dia ngga pernah berjalan terlanjang di depan mataku.

Pengalaman ini berlangsung selama hampir 2 tahun, sampai pada akhir-nya aku lulus kuliah dan memulai karir pertama aku di suatu perusahaan IT dalam skala kecil. Pada waktu itu Lisa masih duduk di bangku kuliah tahun terakhir. Karen juga telah lulus kuliah-nya, dan dalam masa mencari pekerjaan tetap. Karena susah-nya mencari pekerjaan tetap, untuk membiayai kehidupan sehari-harinya, Karen bekerja casual di cafe dekat kantorku. 

Jam kerja aku mulai dari jam 8 pagi, dan jam kerja Karen tidak menentu. Kadang-kadang jam 7 pagi, jam 8 pagi atau bahkan jam 12 siang. Tergantung jadwal yang diatur oleh manager-nya. Kalo Karen mendapat jadwal jam 8 pagi, biasa-nya aku dan Karen berangkat bersama-sama. Di sana kami banyak bercerita macam-macam dengan Karen, terutama tentang job hunting-nya dan kondisi frustasi-nya karena susah-nya mendapat pekerjaan tetap. Stress dan frustasi-nya banyak dilimpahkan ke aku, karena pacar-nya kurang bisa mengerti keadaan-nya saat itu. Aku menjadi semakin care dan menjadi teman curhat bagi-nya.

Pada suatu hari, di pagi hari. Karen mendapatkan jadwal jam 8 pagi dari manager-nya. Hari itu aku sengaja untuk bangun lebih pagi dari Karen, karena Karen adalah type wanita yang mandi-nya lama sekali. Setelah selesai mandi, aku masuk ke kamar dan melihat Lisa sedang tidur pulas. Aku bersiap diri, mengenakan kemeja dan jas kerja-ku. Tiba-tiba saja perut-ku terasa mulas, dan aku lari terbirit-birit menuju ke toilet. Untung saja toilet dan kamar mandi di apartment kami terpisah. Setelah selesai dari buang air besar, aku ingin mengambil sabun cuci tangan di kamar mandi yg kebetulan sabun cuci tangan di toilet sedang habis. Jadi dengan santai-nya aku membuka pintu kamar mandi. Saat itu aku benar-benar terkejut, ketika aku melihat Karen sedang mandi dan terlanjang bulat di bawah deras-nya pancuran air shower. Karen tidak menyadari kalo pintu kamar mandi terbuka lebar, dan aku sedang terpaku memandang tubuh-nya yang basah terlanjang. Jantung aku berdetak dengan kencang, dan rasa-nya aku bisa mendengar dengan jelas detakan keras jantung-ku.

Aku berdiri termangu di sana sekitar 10 detikan. Setelah sadar, aku dengan segera menutup pintu kamar mandi itu dengan perlahan agar Karen tidak mendengar. Aku sengaja tidak menutup rapat pintu kamar mandi tersebut, karena sebelum-nya memang Karen tidak menutup rapat pintu itu. Juga mencegah kecurigaan Karen apabila pintu kamar mandi tersebut tertutup rapat.

Pada saat itu, hati-ku bergejolak, dan darah-ku mengalir deras naik sampai ubun-ubun kepalaku. Semakin aku pikir, semakin besar keinginan-ku untuk melihat tubuh Karen yang terlanjang lagi. Sampai pada akhir-nya aku memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandi dan mengintip Karen sedang mandi. Tubuh Karen luar biasa padat, dan perut-nya rata. Kulit-nya putih, halus, dan mulus. Sepasang toket-nya sungguh indah dan ranum, dan warna puting-nya coklat muda. Bulu memek-nya juga halus, dan tidak begitu lebat. Kulihat Karen sedang menyabuni tubuh mulus-nya, dari toket terus turun ke perut kemudian ke punggung-nya, terus paha dan bagian kaki lain-nya, sampai pada akhir-nya menyabuni memek-nya.

Bukan main kepala-ku semakin pening, dan jantung-ku hampir copot dibuat-nya. Pada saat itu, aku benar-benar penuh dengan napsu birahi. Ingin rasa-nya aku masuk dan mencumbui Karen. Untung akal sehat-ku lebih kuat, aku segera saja menyudahi tontonan erotis itu, dan duduk di sofa ruang tamu sambil memijat dahi kepala-ku. Pening dan pusing sekali kepala-ku. Perlahan-lahan aku mengatur napas-ku, agar detakan jantung aku kembali normal.

Selang beberapa lama, Karen keluar dari kamar mandi, dan segera bertanya apakah aku sakit. Aku bilang kepada-nya bahwa tiba-tiba saja kepala-ku pusing, dan bilang kepada-nya mungkin karena cuaca pagi yang dingin.

Sejak kejadian di pagi hari itu, aku lebih banyak diam dan salah tingkah terhadap Karen selama perjalanan kami menuju tempat kerja kami. Tidak jarang Karen bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku bilang pada-nya kalo aku baik-baik saja, cuman lagi ngga ada mood untuk ngomong. Mungkin karena baru saja baikan dari rasa pusing. Selama di kantor, aku tidak berhenti-hentinya mengingat keadaan Karen yang terlanjang tadi. Meskipun dulu-nya aku sering melihat paha mulus Karen, toket Karen dibalik daster-nya yang tipis, tapi kali ini benar-benar mengunjang pikiran dan hati-ku. Aku tidak mungkin bisa menceritakan ini kepada Lisa, karena sudah tidak pantas untuk aku ceritakan. Karena ini akan mengundang perkelahian antara aku dan Lisa. Aku tidak ingin hal ini terjadi.

Akhir-nya aku memilih untuk menyimpan rahasia ini dalam-dalam. Aku anggap ini kejadian yang tidak disengaja, dan berusaha melupakan kejadian itu. Memang sulit, tapi aku harus dan tetap harus berusaha melupakan-nya. Aku tidak ingin menghianati Lisa, dan tidak ingin menjadi seorang hidung belang.

Setelah beberapa bulan lama-nya, aku berhasil melupakan kejadian di pagi hari itu. Aku lebih banyak mem-focuskan diriku terhadap Lisa. Karena selain baik untuk Lisa, juga baik untuk ku. Hubungan aku dengan Lisa begitu teguh, dan kokoh. Aku berkeinginan untuk melamar Lisa, memiliki sebuah keluarga bersama-nya. Karena aku begitu menyanyagi dan mencintai-nya. dia adalah segala dunia ku.

Namun impian dan angan-angan itu tidak berlangsung lama. Paman dari keluarga papa Lisa dan Karen adalah seorang pengusaha yang cukup berhasil. Pengusaha yang banyak berhubungan relasi dengan pemerintah Indonesia. Dia memiliki perusahaan yang banyak berhubungan dengan instansi BUMN seperti minyak bumi, gas alam, dan masih banyak yang lain-nya lagi.

Semenjak Lisa tamat kuliah, bujukan dan ajakan orang tua dan paman-nya untuk ikut ambil bagian di dalam perusahan paman-nya di Indonesia telah membuat diri Lisa lambung dan tidak menentu hati-nya. Pilihan untuk meninggalkan-ku beserta teman-temannya telah membebani hati dan pikiran Lisa. Selama berbulan-bulan Lisa terbebani perasaan seperti ini, dan yang paling tidak aku mengerti sampai saat ini, mengapa Lisa tidak mau membagikan beban ini kepada-ku. Dia lebih banyak membuang waktu bersama teman-temannya, dan bercurah hati bersama teman-temannya. Hal ini membuat aku semakin takut kehilangan Lisa.

Setiap kali aku bertanya kepada-nya, dia selalu menjawab 'tidak ada', dan semakin gencar aku bertanya, itu membuat Lisa semakin marah dan berdiam diri. Aku bingung, dan semakin takut terhadap situasi yang aku hadapi. Aku selalu menyampaikan kepada-nya bahwa aku ingin Lisa tinggal bersama aku di Australia dan menyakinkan kepada-nya bahwa aku bisa sukses di Australia, dan mampu mejamin kehidupan kami berdua. Namun usaha ini sia-sia, karena itu bukan yang paling utama buat Lisa. Yang paling utama buat Lisa, karena orang tua Lisa memiliki hubungan kepemilikan di perusahaan paman-nya, dan orang tua-nya ingin agar Lisa membantu perusahaan itu. Hal ini sama terjadi pula terhadap Karen, namun Karen lebih berani mengambil keputusan-nya untuk tinggal di Australia, karena Karen lebih menyukai tinggal di sini.

Sampai pada akhir-nya aku menyerah juga, aku mengatakan pada Lisa bahwa aku akan mendukung semua keputusan-nya, apapun konsekuensi-nya. Aku mengatakan kepada-nya bahwa aku sangat mencintai-nya, dan akan berbuat apapun yang penting aku bisa membuatnya bahagia, meskipun harus berpisah sementara dengan-nya.

Akhir-nya Lisa memutuskan untuk pulang Indonesia dan bekerja dengan perusahaan paman-nya. Mula nya Lisa hanya berencana di sana untuk 2 tahun, dan kembali ke Australia. Namun aku meminta kepada-nya agar mencoba 1 tahun saja. 2 tahun itu terasa lama bagi-ku. Dan juga meminta kepada-nya apabila dia tidak betah tinggal di sana, segeralah kembali ke Australia.

Aku tidak ingin menceritakan hari perpisahan-ku dengan Lisa di Airport, karena hari itu adalah hari yang paling menyayat hati-ku. Mengantarkan Lisa ke Airport dengan ketidakpastian akan berapa lama aku berpisah dengan-nya, dan apakah dia akan kembali lagi di sini. Tidak jarang air mata-ku meleleh di depan-nya. Bisa dikatakan bahwa saat itu pula saat terakhir aku melihat diri-nya.

Kami menjalanin hubungan jarak jauh (LDR) selama 6 bulan, dan akhir-nya Lisa memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Lisa merasa bahwa dia lebih menyukai kehidupan baru-nya di Jakarta, di mana dia bisa lebih banyak waktu berkumpul dengan orang tua dan semua relatives-nya. Aku dan Lisa sudah berbeda dengan cara pandang hidup kami. Aku lebih memilih tinggal di Australia, karena semua dunia ku berawal dari sini, dan aku menyukai tinggal di negara ini.

Namun hal ini tidak seperti apa yang Lisa pikirkan. Lisa lebih memilih tinggal di Indonesia, karena selain bisa tinggal dekat dengan keluarga-nya, kehidupan dia di sana serba ada. Keluarga Lisa termasuk keluarga yang terpandang, dan bisa digolongkan sebagai keluarga yang kaya. Lisa pernah berkata kepada-ku bahwa kehidupan di Australia termasuk berat untuk-nya, karena tidak ada pembantu seperti di Indonesia.

Putus-nya hubungan kami adalah pukulan telak terhadap diri-ku, dan membuat-ku stress dan frustasi selama berbulan-bulan. Napsu makan pun menurun, dan berat badan-ku juga merosot tajam. Aku menjadi cepat kenyang, meskipun hanya makan sedikit saja. Aku lebih banyak menghabiskan waktu-ku dengan merokok. Kebiasaan buruk-ku sebelum berpacaran dengan Lisa. Saat itu rokok adalah teman terbaik-ku. Karen adalah orang yang paling tau jelas dengan keadaan-ku semenjak aku putus dengan Lisa. Karen yang sering menemani aku merokok di balcon apartment malam hari. Meskipun aku tidak bicara apa-apa, Karen dengan setia menemani aku. Dia pun juga terkejut dengan putus-nya hubungan-ku dengan Lisa. Karen merasa aku dan Lisa adalah pasangan yang paling sempurna, tapi mengapa bisa sampai berhenti di tengah jalan.

Aku tidak pernah bermabuk-mabukan, mungkin itulah yang membuat Karen bangga kepada-ku. Tiap malam sepulang kerja dari kantor-nya, Karen selalu menelpon-ku menanyakan apakah aku ingin makan sesuatu. Nanti dia bisa belikan atau dia masakin. Aku selalu titip dibeliin sushi, karena selain simple, bisa membuat aku kenyang. Karena aku pun tidak banyak juga kalo makan.

Pada suatu hari, kalo tidak salah saat itu hari Kamis bulan agustus, pertengahan musim dingin di Australia, aku jatuh sakit. Perubahan cuaca yang dingin membuat aku demam tinggi. Aku minta ijin cuti sakit dari kantor selama 2 hari (Kamis & Jumat), dan akan kembali ke kantor lagi hari Senin depan-nya. Badan aku begitu lemas, dan punggung-ku nyeri sekali. Saat itu aku begitu menderita, dan sangat merindukan Lisa. Karena di saat-saat seperti ini, aku pasti akan disayang oleh Lisa, dan pasti akan dirawat dengan baik. Saat itu dari pagi sampe sore, aku tidak makan sama sekali, karena tidak mampu bangun dari tempat tidur. Aku hanya bisa nonton tv saja, itupun karena remot ada di bawah bantal-ku.

Sore hari-nya, aku menelpon Karen. Aku meminta tolong kepada Karen untuk dibelikan obat flu dan demam, juga minta tolong dibelikan bubur dari restaurant Chinese dekat apartment kami.

Setelah sampai di apartement, Karen pulang tanpa ditemanin pacar-nya. Aku tanya kepada-nya mengapa pacar-nya hari ini tidak menginap saja di apartment kita. Karen bilang bahwa orang tua pacar-nya baru datang dari Indonesia, jadi dia harus banyak menemani orang tua-nya. Setelah itu aku tidak menanyakan yang macam-macam lagi tentang kemana pergi-nya pacar Karen.

Malam itu Karen seperti suster pribadi-ku. Karen menyuapi aku makan, sambil mengajak aku ngobrol. Setelah makan Karen membasuh dada dan punggung-ku dengan handuk hangat yang setengah basah. Setelah kering, Karen mengosok dada dan punggung-ku dengan minyak kayu putih sambil diurut-urut sedikit. Aku merasa nyaman dan damai dibuat-nya. Setelah aku meminum obat, aku kembali tidur. Karen tidak segera meninggalkan kamar-ku, melainkan menemani-ku sampai aku tertidur lagi. Dia duduk di atas ranjang-ku sambil menonton dvd di kamar-ku sambil membelai rambut-ku.

Entah mengapa, saat itu aku ingin sekali menangis. Aku terharu dengan perlakuan Karen terhadap diri-ku, mirip perlakuan seorang ibu dengan anak-nya. Aku merasa damai, dan tidak kesepian. Belaian jari jemari Karen di rambut-ku telah membuat-ku terbuai, dan tidak lama setelah itu aku tertidur pulas. Mungkin karena effect obat itu juga, otot-otot tubuh-ku terasa lemah dan mengantuk.

Aku sudah tidak sadar berapa lama aku tertidur pulas. Sekitar jam 4 pagi aku terbangun. Aku harus buang air kecil. Ketika aku beranjak dari tempat tidur, aku terlihat Karen telah mengenakan piyama lengkap dan tertidur sambil dalam posisi duduk bersandar di tempat tidur-ku dengan tv yang masih menyala, tapi film dvd yang diputar telah selesai. Dengan segera aku matikan tv dan dvd player, dan menuju ke toilet.

Setelah buang air kecil, aku segera kembali ke kamar-ku. Kulihat wajah Karen sungguh manis, meskipun masih tertidur lelap. Aku tidak pernah menyadari bahwa Karen semanis ini. Kulihat rambut-nya yang lembut, dan sesekali kucium rambut-nya, harum sekali bau-nya. Kurebahkan Karen, agar dapat tidur dengan posisi yang benar. Aku pun ikut tidur di samping Karen. Kali ini aku yang membelai rambut-nya, dan sesekali mencium rambut-nya. Saat itu, perasaan aku menjadi tidak menentu, karena aku sudah tidak mengerti lagi perasaan sayang yang bagaimana yang harus aku perbuat terhadap Karen. Tidak berhenti-hentinya aku membelai rambut-nya, sampai akhir-nya aku tertidur kembali.

Pagi hari-nya, tepat jam 9an, aku terbangun dan Karen sudah tidak ada di samping-ku. Kulihat sepiring bubur yang mulai mendingin, dan segelas air beserta obat flu & demam di atas lemari kecil di sebelah ranjang-ku. Kubaca note kecil dari Karen.

"Kak Ditto harus makan yah?! Jangan telat makan lagi, nanti sakit maag. Abis makan, diminum obat-nya. Kalo masih pening atau demam, tidur lagi. Hari ini kak Ditto jangan masuk kantor dulu, badan kak Ditto pasti masih lemas. Ntar malam Karen mau masak'in kak Ditto sup.".

Aku tersenyum simpul setelah membaca note kecil dari Karen. Aku masih bersyukur karena masih ada Karen yang bisa merawat aku di saat-saat seperti ini. Karena terlalu banyak tidur, aku susah tidur kembali, jadi aku akhir-nya memutuskan untuk browsing Internet dan chatting ama teman-teman di msn dengan laptop-ku.

Sewaktu aku online di msn, aku melihat Karen sedang online juga.

"Hello, Karen!", sapa-ku.

"Kak Ditto kok belon tidur?! Ntar ngga sembuh-sembuh loh!", jawab Karen.

"Aku dah ngga bisa bobok lagi. Semalam dah kebanyakan bobok. Oh ya, thank you dan sorry yah dah ngrepotin Karen semaleman.", kata-ku lagi.

"Husss...ngga perlu bilang sorry. Kak Ditto kan dah seperti saudara Karen sendiri. Jadi ngga perlu sungkan-sungkan lagi ama Karen. Tapi jangan lupa, ntar kalo dah sembuh traktir Karen yah. Hihihi...", kata Karen.

"No problem.", jawab-ku langsung.

"Trus ntar malam Karen mau masak sup apa?", tanya-ku lagi.

"Sup apa yah? ... Karen belum kepikiran sih. Tapi yang pasti dijamin enak deh.", kata Karen meyakinkan.

"Karen ngantuk ngga sekarang? Semalem Karen tidur-nya pasti tidak nyenyak kan? Abis-nya nungguin aku sampai ketiduran.", kataku.

"Lho, kak Ditto kok tau kalo Karen ketiduran di kamar kak Ditto?", tanya-nya heran.

"Pagi-pagi buta aku bangun, kebelet pipis, trus aku lihat Karen ketiduran di ranjang dengan tv yang masih menyala.", jawab-ku.

"Kok kak Ditto tidak gendong Karen kembali ke kamar Karen sih. Hayo diapain Karen ama kak Ditto semalem.?", canda-nya genit.

"Kalo aku ngga sakit pasti Karen dah aku gendong kembali ke kamar. Semalem juga aku dah ngga kuat, badan lemas, gimana mau ngerjain Karen. Hehehehe...", jawab-ku sambil bercanda.

"Genit ah! kak Ditto, awas yaa... ntar Karen ngga masakin lagi buat kak Ditto", canda-nya lagi.

"iya Sorry, sorry deh Karen. Kan bercanda aja. Ngomong-ngomong Karen kerja dulu deh, jangan ketahuan boss! Karen chatting melulu, ntar diturunin gaji Karen. Aku juga mau browsing bentar, check emails, trus kembali bobok atau nonton dvd lagi.", kataku lagi.

"Sip deh, kak Ditto banyak istirahat yah. Ntar si dia ngga nginep lagi. Dia mau ajak papa mama-nya shopping. Kan hari ini hari Jumat. Karen bakalan pulang awal juga deh, demi kak Ditto. Hihihihi... jgn GR yahhh... Karen emang pengen pulang pagi kok.", canda-nya sekali lagi.

"No problem Karen. sampai ketemu di rumah", kataku sebelum logout dari msn.

Hari itu begitu menyenangkan. Karen terdengar riang sekali. Aku bersyukur karena aku masih tinggal bersama Karen. Meskipun Karen adalah kakak dari bekas pacar-ku, aku mengganggap-nya sebagai saudara sendiri, dan juga teman yang paling baik. Bahkan kadang-kadang aku lupa kalo Karen itu kakak dari bekas pacar-ku.

Tiba-tiba handphone aku berbunyi. Ternyata teman kantor aku yang menelpon, menanyakan keadaan-ku. Aku bilang pada-nya bahwa aku sudah mendingan jauh dibandingkan hari kemarin-nya, dan akan kembali ke kantor lagi hari Senin depan (tentu saja hari Sabtu dan Minggu kantor aku tutup kerja). Dan juga meminta teman kantor-ku untuk menyampaikan pesan ini kepada manager-ku.


Setelah itu aku kembali nonton dvd, dan tidak lama kemudian aku tertidur kembali sampai jam 6 sore. Kali ini aku bangun dengan keadaan segar bugar, badan-ku basah kuyup dengan keringat. Aku sudah tidak pening lagi. Setelah bangun, aku melihat keluar, ternyata Karen belum kembali dari kantor-nya. Akhir-nya aku memutuskan untuk mandi. Sudah 2 hari aku belum mandi, meskipun semalam sebelum-nya badan-ku telah dibilas dengan handuk hangat setengah basah. Namun perasaan-ku seperti-nya masih kotor, dan harus cepat mandi, biar merasa bersih dan segar.

Seabis mandi, aku melihat Karen telah pulang dari kantor-nya dengan membawa banyak belanjaan. Aku tanyakan kepada-nya buat apa belanja sebegitu banyak kalo hanya untuk 2 orang saja. Karen bilang kalo dia banyak belanja buah-buahan segar dan juga untuk weekends. Dia memilih untuk tinggal di apartment saja selama weekends ini. Seminggu ini Karen lumayan jenuh dengan pekerjaan kantor-nya. Dia bilang banyak tontonan dvd yang masih belon ditonton-nya.

Karen sibuk banget menyiapkan makan malam, dan aku duduk santai di ruang tamu. Kebetulan ruang tamu dan dapur menyambung menjadi satu, jadi kami bisa mengobrol. Aku banyak menanyakan tentang pekerjaan Karen hari ini, dan menanyakan kabar pacar Karen. Kami asyik mengobrol sampai kami selesai makan malam. Sup masakan Karen benar-benar sedap, seperti kualitas restaurant. Tidak jarang aku memuji sup dia malam itu.

Semenjak aku putus dengan Lisa, Karen tidak pernah menyinggung atau menceritakan kabar tentang adik-nya di depan-ku. Mungkin Karen merasa tidak enak, dan mungkin bisa membuat aku sedih atau bahkan marah. Sikap-nya yang begitu baik dan tetap menganggapku seperti saudara sendiri, membuat-ku respect terhadap-nya.

Setelah selesai makan malam, Karen memberiku obat lagi. Aku bilang pada-nya kalo aku sudah tidak demam lagi, dan merasa segar seperti biasa-nya. Tapi Karen tetap memaksa aku untuk meminum obat-nya. Setelah kuteguk obat-nya, Karen bilang kepadaku akan mengusap dada dan punggung-ku dengan minyak kayu putih lagi setelah dia selesai mandi. Aku paling suka dengan minyak kayu putih, bau-nya benar-benar aku sukai. Tawaran Karen tentu saja tidak aku tolak.

Setelah selesai mandi, dan mengeringkan rambut-nya, Karen masuk ke kamar tidur-ku sambil membawa dvd. Malam itu Karen mengenakan piyama lengkap tebal dan tertutup. Maklum bulan ini adalah bulan pertengahan musim dingin di Australia, jadi apartment kami cukup dingin. Aku dengan segera menyalakan pemanas di kamar, agar Karen tidak kedinginan. Karen membawa dvd film drama Korea pinjaman dari teman-nya. Aku bilang pada-nya kalo film drama seri Korea/Jepang bisa membuat kita semua menyandu.

"Kak Ditto, buka kaos dong. Karen usap punggung kak Ditto pakai minyak kayu putih nih.", kata-nya.

Aku buka kaos-ku dan merebahkan tubuh-ku dengan posisi telungkup. Karen menindihku dengan posisi duduk di atas pinggang-ku. Kemudian dia melumuri punggungku dengan minyak kayu putih dan memijat-mijat lembut. Dia tidak banyak bicara, karena Karen sedang menonton dvd juga. Aku memilih untuk tidak menonton dvd, tetapi menikmati pijatan Karen.

"Sakit ngga?!", tanya-nya.

"Enak kok, Karen pinter sekali kalo mijitin yah ?! Beruntung pacar Karen nih!", canda-ku.

"Ah, kak Ditto bisa aja", jawab-nya malu-malu.

Entah ada angin dari mana, tiba-tiba aku teringat tentang kejadian di pagi hari itu. Yang mana membuat aku menjadi gelisah kembali, dan ingin mengatakan kepada-nya bahwa aku telah mengintip dia mandi, dan ingin meminta maaf atas kejadian itu.

"Karen, aku pengen mengaku  sesuatu nih!", kata-ku dengan deg-degan.

"Mau mengaku apa kak Ditto ? Kak Ditto punya pacar lagi yah ?! Siapakah wanita yang beruntung kali ini?!", canda-nya.

"Kalo aku punya pacar lagi, aku mau cari yang seperti Karen dong. Yang baik dan care ama aku.", goda-ku kali ini.

"Kak Ditto genit ah... Karen cubit nih!", kata-nya manja sambil mencubit punggung-ku.

"Trus kak Ditto mau mengaku apa ama Karen?! Karen jadi penasaran nih!", lanjut-nya lagi.

"Hmmm... aku cuman pengen menceritakan kejadian 3 tahun yang lalu. Tapi Karen janji dulu jangan marah apapun yang terjadi.", kata-ku dengan nada memohon.

"Tapi apa dulu kak Ditto, kalo Karen tidak sengaja marah bagaimana?!", kata-nya bingung.

"Iya deh, aku ngga akan menyalahkan Karen kalo Karen akan marah dengan pengakuan ini. Ini sepenuhnya hak Karen.", sambung-ku cepat.

"Ok deh, Karen mencoba untuk tidak marah, tapi Karen ngga janji apa-apa loh!", jawab-nya dengan penuh penasaran.

"Begini Karen, mungkin Karen tidak tahu sama sekali tentang kejadian ini. 3 tahun yang lalu sewaktu Karen masih bekerja di cafe, kita kan sering berangkat bersama-sama karena jadwal kerja Karen yang sama dengan aku. Nah, di sinilah kejadian.", kata-ku terputus.

"Iya, trus kenapa emang-nya kak Ditto?", tanya-nya penasaran.

"Saat itu aku tidak sengaja membuka kamar mandi, dan Karen ada di sana dan sedang mandi. Aku melihat Karen dalam keadaan terlanjang, dan aku termenung di sana sekitar 10 detikan. Seperti tersambar petir, dan termangu tanpa daya. Aku masih ingat betul apa yang aku liat. aku minta maaf dan sungguh sungguh minta maaf! tolong maafkan aku! Kejadian ini selalu menganjal di hati, dan aku ngga pernah menceritakan ini kepada siapa pun. sekali lagi mohn maaf.", kata-ku memohon.

Tiba-tiba Karen berhenti memijatku, tetapi posisi-nya tetap duduk di atas pinggang-ku. Aku tidak bisa melihat mimik wajah-nya, karena posisi-ku yang sedang telungkup membuat-ku susah menengok kebelakang. Aku kembali melanjutkan pengakuan-ku lagi.

"Setelah tidak sengaja melihat Karen sedang mandi, aku segera menutup pintu kamar mandi itu. Namun ada godaan setan telah memenangkan otak-ku. Aku kembali mengintip Karen lagi untuk beberapa saat. Karena inilah aku merasa sangat bersalah kepada Karen. Tapi ini hanya terjadi saat itu, dan sumpah deh aku ngga pernah ngintip Karen lagi setelah kejadian itu. aku sangat minta maaf !", kata-ku memohon lagi.

Karen tidak bergeming, dan tetap diam saja. Aku sudah ngga tau harus bagaimana lagi. Aku sudah pasrah aja, dan perasaan-ku bercampur aduk. Perasaan lega, takut dan juga malu. Tiba-tiba Karen memecahkan keheningan itu sambil berkata.

"jd Kak Ditto enjoy ngga liat Karen yang sedang terlanjang?".tanya nya singkat

Pertanyaan ini membuat-ku kaget setengah mati. Tidak aku sangka Karen bisa mengucapkan pertanyaan seperti ini. Aku menjadi kelabakan dengan pertanyaan Karen yang simple itu. Otak-ku dibuat berputar-putar karena-nya. Bagaimana kalo kujawab begini, bagaimana kalo kujawab begitu. Jadi serba salah aku dibuat-nya. Akhir-nya kuberanikan diri dan menjawab sejujur-jujurnya, 

"Karena Karen cantik dan manis, aku suka memandang tubuh Karen waktu itu. Ini jawaban yang jujur dari hati loh.".jawabku canggung

Karen hening sejenak, dan kemudian menjawab dengan nada terbata-bata,.

"Kalo kak Ditto suka... ke.. kenapa kak Ditto ng.. ngga pernah bilang ama Karen?.". tanya nya

"Sudah ngga mungkin aku bilang tentang kejadian ini kepada siapa pun, terutama Karen sendiri. Kan ini sangat memalukan buat Karen. Tapi kejadian ini tidak ada yang tau, bahkan Lisa pun tidak pernah aku cerita'in tentang kejadian ini. rahasia aman ku jaga sampai saat ini.", jawab-ku lagi.

Karen hening kembali. Aku melanjutkan kata-kataku kembali,

"Karen sekarang boleh marah, sebel atau mau pukul juga ngga apa-apa. aku pantas kok.".ucapku

"Karen ngga akan pukul atau marah. Karen cuman merasa sedikit malu aja. Tapi karena orang yang liat kak Ditto, Karen suka aja, dan kak Ditto dah Karen maaf'in kok.", kata-nya dengan nada terdengar kembali normal.

"Sekarang kak Ditto harus jawab pertanyaan Karen lagi dengan jujur.", sambung-nya.

"oke tidak masalah, Karen mau tanya apa pasti aku jawab dengan sejujur-jujurnya.", jawab-ku.

"Kalo kak Ditto tidak sengaja lagi melihat tubuh Karen yang sedang terlanjang baik itu di kamar mandi, di kamar Karen, atau di mana saja, apa yang bakalan kak Ditto perbuat ke Karen?!", tanya-nya.

"Wah,. ini pertanyaan jebakan yah ?!", tanya-ku lagi bercanda.

"Hmm... bisa dibilang begitu sih. Ayo jawab dulu dong, kalo salah jawab Karen jewer kuping kak Ditto biar merah.", canda Karen lagi.

Aku berpikir sejenak, dan kemudian menjawab,

"Kalo kejadian seperti itu terulang kembali, kemungkinan besar aku bakalan terus melihat Karen yang sedang terlanjang. Tapi kali ini ngga perlu sembunyi-sembunyi lagi, karena aku bakalan langsung menyapa Karen dan memuji tubuh Karen yang indah.".canda-ku

Tiba-tiba kuping-ku dijewer ama Karen sambil berkata.

"Kak Ditta genit banget ih..!!!".keluh nya manja

Kami berdua langsung tertawa terbahak-bahak, dan Karen mengglitik ketiak bawah-ku. Geli sekali aku dibuatnya. Kemudian Karen bertanya lagi,

"Menurut kak Ditto, Karen ama Lisa cakep mana? Pasti kak Ditto bilang cakep Lisa. Semua saudara-saudara Karen dan orang lain selalu bilang Lisa paling cakep. Kalo menurut kak Ditto bagaimana?". tanya-nya lagi

"Karen, bisa ngga kalo Karen tidak menyebut nama Lisa lagi. Aku tau kalian memang bersaudara, tapi Lisa kan adik Karen, dan bekas pacar-ku, jadi lebih baik jangan dibahas yah hmm?!", pinta-ku.

"Sorry deh sorry kak Ditto, Karen nyesel ngomong begitu", mohon-nya.

"oke itu bukan sepenuhnya salah karena juga.", kata-ku menenangkan suasana.

"Secara pribadi menurut-ku Karen cantik dan manis. Kulit Karen putih dan lembut. Mana ada kaum lelaki yang menolak kalo ditaksir ama Karen, bener ngga?! Pacar Karen itu hoki banget dapet Karen.", lanjut-ku sambil menggoda.

"Ah.. kak Ditto genit lagi nih. Karen jewer lagi kuping-nya biar kapok!", jawab-nya tapi malah mengglitik ketiak-ku lagi.

Suasana kembali hening kembali, dan aku sudah ngga tau harus ngomong apalagi. Semua rahasia telah terbongkar, dan tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Tiba-tiba Karen memecah keningan kembali sambil berkata,.

"Karen sayang banget ama kak Ditto, tapi perasaan ini Karen tidak mengerti. Karen sayang juga ama pacar Karen, tapi perasaan dengan kak Ditto berbeda. Seperti-nya kak Ditto itu figur yang paling Karen bangga dan Karen untuk di kagumi.". kata karen

"Karen sedih banget sewaktu kak Ditto putus ama Lisa. Karen merasa kak Ditto dan Lisa itu pasangan yang paling sempurna. Karen ngga mengerti apa yang Lisa pikirin sampai bisa memutusin kak Ditto.", kata-nya lagi.

"Iya sudah lah, yang lalu biarlah berlalu yang penting sekarang pikirkan masa depan dan karir.", jawab-ku seadanya.

"Kak Ditto sayang ama Karen ngga ?!", tanya-nya lembut.

"Jelas sayang banget. Karen orang yang paling aku sayang di Australia ini sekarang ha.. ha, ha.. .", jawab-ku secepatnya.

Karen terdiam sejenak, kemudian bertanya,

"Kita dengerin music yuk. Kak Ditto ada lagu-lagu lama ngga ?". tanya-nya

"Ada sih, coba check di iTunes dan ke Oldies playlist. Di sana banyak sekali lagu jaman babe-babe kita masih muda. Hehehehe...", jawab-ku bercanda.

Karen beranjak dari punggung-ku dan segera mematikan tv dan dvd player-nya. Kemudian Karen menyalakan music dari iTunes di Apple computer-ku. Terdengar alunan lagu dari pemusik Carpenter, dengan judul lagu-nya Close to You.

Posisi tubuh-ku masih dalam posisi telungkup dengan terlanjang dada. Karen kembali duduk di atas pinggang-ku, dan kembali mengusap-usap punggungku yang mulai mengering dari lumuran minyak kayu putih. Tiba-tiba Karen berkata,

"Karen mau kasih kejutan, kak Ditto jangan kaget yah.!".ucap karen

"Oh pasti.. aku suka kejutan.", jawab-ku singkat.

Ternyata kejutan kali ini benar-benar tidak tanggung-tanggung. Aku tidak menyangka kalo Karen bakalan melakukan hal ini. Sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan sebelum-nya. Karen memeluk-ku dari belakang dan sangat terasa sekali toket-nya menempel di punggung-ku. Kali ini aku bisa merasakan dengan jelas bahwa Karen memeluk-ku dari belakang dengan tubuh-nya yang terlanjang dada.

Aku tidak tau sejak kapan Karen telah melepaskan piyama tidur dan bh-nya. Apakah sebelum atau sesudah Karen berkata ingin memberikan aku kejutan, aku sudah tidak tau lagi. Tubuh-nya yang hangat begitu terasa disekujur punggung-ku, dan tercium pula bau harum rambut-nya. Jantungku berdegup kencang, dan mulut-ku seakan-akan terkunci dan kaku. Tiba-tiba Karen berkata, 

"Kak Ditto jangan marah yah, karena Karen sayang banget ama kak Ditto. Kak Ditto sekarang bisa melihat tubuh Karen yang terlanjang, seberapa lama pun kak Ditto mau.". ucap karen

Aku terdiam sejenak, dan berusaha mengatur napas-ku yang mulai tidak beraturan karena degupan jantung-ku yang semakin lama semakin kencang.

Setelah sedikit tenang, aku memberanikan diri untuk membalik badan-ku agar bisa melihat Karen. Kini posisi Karen duduk di atas perut-ku. Kulihat tubuh Karen yang telah terlanjang dada, dan masih mengenakan celana piyama lengkap. Kulit-nya halus, putih dan lembut. Dada-nya begitu indah, dan warna puting-nya coklat muda. Perut-nya rata. Tidak ada gumpalan lemak sedikit pun yang aku lihat. Darah-ku benar-benar bergejolak saat itu. Aku merasa kagum dengan tubuh-nya yang indah. Wajah Karen terlihat cantik, dan manis sedang tersenyum manja dihadapanku. Rambut panjang-nya yang sebatas ketiak terlepas bebas, membuat-nya bertambah anggun.

Aku mulai mendorong lembut tubuh Karen, agar aku bisa duduk bersila di atas ranjang-ku. Kami berdua saling berpandang muka. Aku mencoba untuk tenang, dan mulai mendekati wajah Karen. Secara refleks Karen memejamkan mata-nya seakan-akan mengundang-ku untuk mencium bibir-nya. Kudekatkan wajah-ku, kemudian menempelkan bibir-ku di atas bibir-nya. Tercium kulit wajah-nya yang harum, dan juga halus. Tidak tampak ada jerawat di wajah Karen. Aku kemudian mulai memberanikan diri untuk memainkan bibir-ku menciumi bibir tipis-nya. Karen meresponse ciuman dan lumatan bibir dan lidah-ku. Kami berdua sedang melakukan French kiss di atas ranjang-ku.


Tak lama kemudian, aku mencoba merebahkan tubuh Karen di atas ranjang. Karen pasrah dan tidak melawan sedikit pun. Napas kami mulai memburu. Kedua tangan Karen membelai lembut rambut kepalaku, dan aku membalasnya dengan membelai rambut-nya pula. Hampir lima menit lama-nya kami melakukan French kiss. Aku semakin berani, dan ingin mencoba untuk menjelajahi bagian tubuh Karen yang lain.

Pertama-tama tangan kanan-ku turun mengelus pipi Karen, kemudian turun kebawah menuju leher-nya. Bibir-ku masih tetap beradu dengan bibir Karen. Ketika jari-jemari tangan kanan-ku mendarat di toket kiri Karen, badan Karen sedikit tersentak dan Karen melenguh lembut. Karen tidak menolak dan membiarkan jari-jemari tangan-ku meremas lembut toket kiri-nya. Napas Karen mulai tidak menentu, dan Karen banyak melenguh kecil. Napas-nya terengah-engah, dan leguhan lembut-nya membuat-ku semakin bersemangat penuh napsu.

Kulepas bibir-ku dari bibir-nya, dan kami saling bertatap muka. Dengan wajah yang sayu dan lembut, Karen berkata,.

"Karen sayang banget ama kak Ditto.".ucap-nya

Aku tersenyum pada-nya, dan Karen membalas senyuman-ku. Sekarang bibir-ku mencium pipi kanan-nya, kemudian mencium kening-nya, turun lagi ke pipi kiri-nya. Kucium dan sesekali aku jilat lembut telinga kanan-nya, kemudian turun menuju daerah leher. Karen semakin meleguh lembut, dan kadang-kadang mendesah dengan nada yang sedikit keras. Semakin Karen mendesah, semakin bersemangat aku dibuat-nya.

Kini bibir-ku turun ke daerah toket Karen. Aku cium, jilat puting kanan Karen sambil meremas-remas toket sebelah kiri-nya. toket Karen begitu kenyal dan padat. Karena saking gemes-nya dengan kekenyalan dan kepadatan toket Karen, terkadang aku gigit lembut puting-nya, dan itu malah membuat Karen semakin tidak karuan. Bergantian aku cium, jilat, dan kadang hisap puting Karen yang sebelah kanan dan kiri. Kali ini Karen hanya bisa mendesah, dan tidak jarang nama-ku disebut oleh-nya. Yang aku herankan, kenapa nama-ku selalu saja disebut di bawah alam sadar-nya. Terus terang aku sedikit kuatir kalo saja nama pacar-nya dengan tidak sengaja dia sebut, itu bisa membuat aku kehilangan nafsu. Tapi Karen tidak pernah menyebut sekalipun nama pacar-nya sewaktu aku beri rangsangan ini.

Sekarang bibir-ku semakin turun ke bawah menuju perut-nya yang rata. Kulihat pusar-nya yang bersih, aku cium daerah perut Karen. Tapi kali ini aku mendapat sedikit perlawanan.

"Geli kak Ditto, ngga enak. Jangan ciumin perut Karen. Geli-nya bikin mules.", pinta-nya kepada-ku.

"Kalo begitu, aku boleh buka celana Karen ngga nih ?!", tanya-ku.

"Buka saja, Karen milik kak Ditto malam ini.", jawab-nya dengan tersenyum manja.

Tanpa basa-basi lagi, kutarik celana tidur-nya dan kulempar ke sebelah ranjang-ku. Kulihat celana dalam Karen berwarna putih dengan pita kecil berwarna merah muda atau merah jambu. Cute sekali. Kedua paha Karen putih dan mulus, tapi tampak sedikit garis selulit di daerah pantat-nya. Kira-kira 2 atau 3 garis selulit yang tipis sekali. Tapi itu tidak mengurangi kecantikan paha mulus-nya.

Aku mulai menciumi kedua paha-nya dengan posisi disamping tubuh Karen, dan tangan kiri-ku meremas toket-nya (kadang-kadang toket-nya yang kanan, kadang yang kiri). Tiba-tiba timbul keinginan-ku untuk meraba celana dalam-nya. Jari tengah kanan-ku mencoba merasakan sesuatu dibalik celana dalam mungil-nya. Kuletakan jari itu pas di tengah posisi bibir memek-nya. Kurasakan daerah itu mulai sedikit basah dan terasa lembab. Karen telah terbuai oleh napsu birahi-nya.

Kali ini, aku sudah semakin berani. Dengan segera kulepaskan celana dalam Karen, dan yes... kuliat bulu memek Karen yang halus, dan bibir memek-nya yang merekah. Darah-ku semakin naik ke ubun-ubun.

Seperti biasa-nya, secara reflek bak magnet muka-ku kudekatkan di gundukan memek-nya, dan ingin aku jilat daerah memek-nya itu, terutama di itil-nya. Tiba-tiba Karen tersadar, dan mengangkat lembut wajah-ku dari daerah selangkangan-nya.

"Jangan kak Ditto, jijik ihh.", kata-nya.

"Lho, emang Karen jijik kalo aku jilatin daerah itu ?", tanya-ku heran.

"Ngga juga, tapi Karen ngga pengen kak Ditto merasa jijik dengan memiaw Karen.", jawab-nya sopan.

"Heh?! Jadi pacar Karen ngga pernah jilatin daerah itu buat Karen ?", tanya-ku penasaran.

"Ngga pernah, dan dia juga kayak-nya jijik deh..", jawab-nya singkat.

"Trus Karen ngga pernah 'keluar' ? atau itu loh istilah-nya orgasme sewaktu oral sex atau sewaktu di pemanasan begini ?", tanya-ku lagi.

"Hmm... ngga tau deh! Biasa-nya kalo Karen dah terangsang dan basah, Si dia langsung masukin titit-nya doang.", kata-nya.

"waduh.. Karen, percaya deh aku bakal bikin karen serasa terbang ke surga.", kata-ku singkat.

Tanpa basa-basi lagi, kudekatkan wajahku kembali ke daerah selangkangan-nya, dan mulai menjilati daerah itil-nya secara perlahan. Kali ini benar saja tubuh karen tersentak hebat seperti terkena setrum tegangan tinggi. Karen menjerit nama-ku dengan kencang, dan aku kaget dibuat-nya. Dengan segera aku hentikan aksi-ku dan segera bertanya kepada-nya.

"Kenapa Karen ?! Sakit yah?! Sorry, sorry, aku berhenti sekarang!", kata-ku.

"Bukan kak Ditto, yang tadi itu gila geli banget. Karen ngga pernah merasa geli sehebat itu tadi, maka-nya Karen langsung kaget. maaf Karen bikin kak Ditto kaget juga hehe.", jawab-nya sambil tersenyum malu.

"Jadi mau-nya diterusin atau ngga nih?!", goda-ku lagi.

Karen hanya menjulurkan setengah lidah-nya, dan tersenyum malu. Menurut-ku itu adalah tanda 'iya' atau 'silahkan'.

Kembali kudekatkan wajahku dan menjilati daerah itilnya dan kadang bagian bibir memek-nya. Tapi kayak-nya Karen paling suka di daerah itil-nya. Karen sudah seperti cacing kepanasan dan meremas bantal dan selimut di sekitar-nya. Kali ini desahan Karen mulai menjadi teriakan yang dasyat. Tidak berhenti-hentinya dia menjerit nama-ku dan mengeluh nikmat. Dapat kurasakan tubuh dan kaki-nya kini mulai menegang.

"Kak Ditto, Karen kayak-nya mau keluar nih. Kak Ditto... aahh.. kak Ditto...", kata-nya terputus-putus bersamaan dengan napas-nya yang terengah-engah.

Aku semakin mempercepat gerakan lidah-ku di bagian itil-nya, dan menggeleng-gelengkan kepala-ku agar membantu percepatan jilatan lidah-ku. Tidak mencapai 1 menit kemudian, Karen menjerit kalo dia akan segera keluar, sampai pada akhir-nya Karen berteriak keras dan cepat-cepat saja dia tutup mulut-nya dengan kedua tangan-nya agar suara jeritan-nya teredam kedua tangan-nya. Karen telah mencapai klimak pertama-nya, dan aku segera menghentikan jilatan-ku. memek Karen basah oleh cairan dari klimaks-nya bercampur dengan air liur-ku.

Karen masih menutup mulut-nya dengan kedua tangan-nya dengan napas yang terengah-engah. Kupandang wajah-nya sejenak, dan mata kami saling beradu. Karen tersenyum malu, dan cepat-cepat menyembunyikan wajah-nya di balik selimut. Aku beranjak dari tempat tidur, mengambil tissue kering dan mengelap bibir-ku yang basah oleh air liurku sendiri. Aku mengambil tissue lagi, dan kemudian mengelap bagian selangkangan Karen yang basah.

Aku membuka selimut itu, dan kuliat wajah Karen yang malu-malu. Aku dibikin gemas oleh kelakuan-nya.

"Karen suka tadi di begituin ?", tanya-ku.

"Di begituin apa sih kak ?!", jawab-nya dengan malu-malu.

"hmm.. Bagaimana Karen? sudah rasakan surga dunia hehe..?", tanya-ku lagi.

Karen hanya bisa mengangguk dan tersenyum kembali. Kemudian aku bertanya lagi.

"Apa boleh sekarang Mr happy masuk ke dalam ?".bisik-ku lirih

Karen mengangguk tanda mengiyakan, dan kemudian bertanya.

"Junior kak Ditto mau Karen bangunin dulu ngga ?".sambung-nya genit

"Hmm... tidak perlu deh. lain waktu aja. Sekarang dah bangun sendiri kok.", jawab-ku malu-malu.

"apa? lain waktu? Kak Ditto ke-pe-de-an nih. Karen ngga janji ada lain waktu loh.", canda-nya lagi sambil mencubit lembut lengan-ku.

Aku membuka celana bersama celana dalam-ku sekalian, dan menuju lemari baju mencari condom. Aku masih ingat kalo aku masih ada beberapa condom di lemari. Karen mengerti dengan apa yang aku cari, kemudian dia berkata kepadaku.

"Kak Ditto ngga perlu pake condom. Karen pake kontrasepsi yang terjamin kok kak Ditto tidak membutuhkan condom lagi.". ucap-nya

"Karen yakin kak dito juga ngga suka pake condom kan ?! Karen pun sama. Maka-nya Karen pake methode lain.", sambung-nya lagi.

"Emang Karen pake apa ? Minum pil atau apa ?", tanya-ku penasaran.

"Kak Ditto mau tau aja. Rahasia wanita dong ni wek..", kata-nya lagi penuh misteri sambil mengejek.

"Please, kasih tau dong karen. Jadi bikin penasaran aja Karen nih huhh.", mohon-ku.

"Ok ok, kak Ditto jangan panik begitu dong hihi..", canda-nya sambil tertawa kecil.

"Karen pake method Diaphragm, tunggu bentar yah Karen mau pasang dulu.", sambung-nya bangkit dari ranjangku.

Kulihat Karen masuk ke kamar-nya, dan kemudian segera ke kamar mandi. Aku mendengar seakan-akan Karen sedang mencuci sesuatu. Aku tidak tau apa yang sedang Karen perbuat sewaktu di kamar mandi, sampai pada akhir-nya Karen menjelaskan kepadaku bahwa dia harus mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memasukkan Diaphragm ke dalam memek-nya (utk alasan kebersihan).

Karen mendemonstrasikan pemakaian Diaphragm kepadaku. Sungguh alat yang unik. Lentur seperti silicon. Biasa-nya Diaphragm harus dipasang dahulu sebelum melakukan hubungan seks, tapi malam itu Karen tidak menyangka akan melakukan hubungan seks dengan-ku. Dia pikir pacar-nya tidak menginap malam itu, jadi buat apa pake Diaphragm juga.

Beberapa saat Setelah selesai memasang benda itu. Tidak aku sangka malam ini adalah malam pertama aku akan bercinta dengan Karen. Karen lalu mendekatiku selangkangan ku dan berkata.

"Hallo mr happy, kamu kok belum mengeras. Mau Karen elus-elus ngga?!".tanya-nya genit

Aku hanya bisa tertawa kecil dibuat-nya. Tanpa basa-basi Karen mengulum Kontol-ku.

"Slrupps.. slruuupp.."

Tidak kusangka Karen pandai sekali dalam memberikan sepongan. tidak butuh waktu lama kontolku telah mengeras kembali seperti kayu rotan. Karen menanyakan posisi apa yang paling aku sukai. Aku bilang kepada-nya bahwa aku paling suka Missionary (laki di atas).

Karen tersenyum dan kemudian merebahkan diri-nya kembali di atas ranjang-ku. Seolah-olah tanpa disuruh, Karen memegang kontol-ku yang telah mengeras dan menuntun-nya ke arah bibir memek-nya. Pelan-pelan aku tekan ke dalam, Sudah sangat basah memek-nya, aku dorong Kontol-ku sedikit keras menerobos ke dalam memek-nya sampai mentok sedalam dalam-nya.

"nngghhh....!" Desah kami bersamaan

Nikmat sekali rasa-nya, Hangat sekali memek karen. Bersenggama tanpa memakai condom adalah sesuatu yang paling aku suka. Dulu sewaktu dengan Lisa, aku biasa-nya tidak memakai condom dengan memakai system penanggalan. Tapi kali ini aku tidak perlu mengkuatirkan masalah penanggalan tersebut. Sebab Karen jauh lebih prepare daripada aku.

"Karen sayang banget ama kak Ditto. aku milikmu malam ini kak!", bisik Karen sambil merangkul leher-ku.

Aku dibuat-nya semakin bernapsu. Sambil pinggul dan pantat-ku bergerak menghujam naik turun seakan-akan memompa tubuh-nya. Suara gesekan kontol-ku di memek-nya yang basah terdengar merdu di telingaku bersamaan dengan desahan napsu Karen yang membuatku semakin bernapsu saja.


"aku juga sayang Karen. Akan kubuat karen nikmat dengan mr happy.", kata-ku terengah-engah mengeluar masukan kontolku ke dalam memek-nya.

"aaahh.. Suka banget... ohhh.. Karen suka banget kak.. hmm.. ", jawab-nya terengah-engah.

Memek Karen terasa basah sekali dan gesekan kontol-ku terasa licin sekali. Punggung-ku dan leher-ku mulai berkeringat. Melihat hal itu, Karen bertambah semangat dan kedua tangan-nya menjambak lembut rambut belakang-ku.

"Kak Ditto... aahhh.. Karen mau keluar nih... cepetin terus kak Ditto ohh....!", suara Karen yang mulai meracau.

Aku semakin mempercepat genjotan dan goyangan pantat-ku, sampai akhir-nya Karen mendesah panjang dan meremas bantal keras.

"mmpphhh.. ohhh.." Desah-nya

Aku diamkan sejenak, membiarkan-nya mengatur napas kembali. Ku kecup pipi kiri-nya, dan kemudian mencium bibir-nya.

"Kak dito hebat sekali! karen amat bahagia !", kata Karen sambil tersenyum. Kedua pipi-nya mulai tambah kemerahan. Sepertinya semua darah-nya terkumpul di kepala.

"Aku juga bahagia kok Karen. Ayo kita puaskan bersama-sama malam ini!", jawabku sambil mencium bibir-nya lagi.

Ku-angkat karen untuk bangkit dan aku pun gantian rebahan, Kali ini Karen mengambil posisi diatas. Karen keliatan-nya kasihan melihat tubuh-ku basah kuyup oleh keringat. Karen menuntun kontol-ku yang masih basah oleh cairan nikmat-nya ke arah lubang memek-nya. Perlahan-lahan dia menekan pinggul-nya ke bawah, dan dalam seketika amblas-lah kontol-ku masuk ke dalam memek-nya.

"aaahhhh.." Desah kami berdua menikmati tubuh kami yang menjadi 1.

Karen mulai memaju-mundurkan pinggul-nya dan terkadang-kadang membungkuk sedikit untuk bisa mencium bibirku. Gerakan-nya semakin cepat, dan napas-nya kembali terengah-engah. Hampir 10 menitan kemudian Karen memelukku erat-erat dan mendesah panjang, seperti sebelum-nya.

"Ahhh... Karen keluar lagi! ooohh.. junior Kak Ditto sungguh hebat sekali. Karen suka banget ama titit kak Ditto. Enak sekali", kata Karen terengah-engah.

"Karen bakalan sering minta beginian terus ama kak Ditto. Boleh kan?!", kata-nya memohon. sambil masih menekan nekan memek-nya ke kontol-ku.

"Kapanpun dan dimanapun Karen. aku akan siap untuk-mu dong.", jawab-ku.

Karen kembali tersenyum dan bangkit dan rebahan kembali di depan-ku sambil membuka lebar paha nya memperlihatkan memek-nya yang sudah sangat merekah.

"Kini saat-nya buat Kak Ditto yang keluar yah ?!".Senyum-nya genit.

Aku pun bangkit dan mengambil posisi di antara paha putih mulus-nya itu, Kini aku mengambil gaya missionary lagi, posisi favorite-ku untuk klimaks. Aku kembali memasukan Kontol-ku ke dalam memek-nya yang semakin lama semakin basah rasa-nya, Langsung saja ku genjot kencang memek-nya. Karen tidak berhenti-hentinya mendesah dan berkata kalo dia akan segera keluar lagi.

"aaaahhh.. oohh.. Enak sekali kak dito.. hhmmppp..!" erang-nya.

Aku mulai merasakan Kontol-ku mulai menegang hebat, dan terasa ada sesuatu yang ingin mendesak keluar. Aku akan mencapai klimaks sebentar lagi.

"Karen hmmppp.. aku hampir keluar nih... Aku keluarin di luar atau di dalam ?", tanya-ku buru-buru.

"Terserah kak... oohhh.. di luar atau di dalam... aahh.. yang paling kak Ditto suka aja...", jawab-nya dengan napas terengah-engah menerima genjotan liar-ku.

"hmmppp.. Kalo begitu di dalam yah oohh..! Aman kan...?!", tanya-ku masih menggoyang pantatku maju mundur.

"aman kak aaahh... uda pake Diaphragm ooohhh.... Nikmat sekali kak ditoo...?!", jawab-nya lagi.

"Ooohhh.. Bentar lagi Karen... aahh.. bentar lagi...", jawab-ku.

"Keluar sama-sama Karen yah kak Ditto oohhh....?!", pinta-nya.

"Ok... Karen sayang, ngga lama lagi aahh..!", jawab-ku singkat.

"Plokk.. plokk.. plokk..!"

Kini kupercepat goyangan pinggul dan pantat-ku. Percepatan gesekan kontol-ku di dalam memek-nya membuat-ku mencapai klimaks. Kurasakan kontol-ku mengeras dan akhir-nya aku mencapai klimaks-ku dan mengalami ejakulasi.

"Karennn... oohhh.. aku keluar.. aah..", erang-ku sambil kontol-ku menyemprotkan sperma ke dalam memek Karen dan membanjiri liang memek-nya itu. Aku tidak tau lagi ada berapa kali semprotan yang kontol-ku keluarkan di dalam.

Kedua paha Karen menjepit pantat-ku dan menekan-nya agar kontol-ku tertanam sedalam dalam-nya di memek-nya. Seperti-nya Karen ingin mengeluarkan semua isi sperma-ku ke dalam memek-nya.

"Ooohhh.. aahhh.. Kak Ditto... enak banget... sperma kak Ditto hangat... Thank you!!!", kata-nya sambil menciumi kening-ku yang penuh keringat.

Kami saling berpelukan sambil kontol-ku masih tertanam di dalam memek-nya dan mulai melemas. Aku dan Karen mulai mengatur napas kami kembali menikmati sisa sisa kenikmatan kejadian tadi.

"Aku tidak mengira hubungan kita bisa jadi begini ya karen", kata-ku.

"Yup,. selamat datang dengan hubungan baru kita hehe..", jawab Karen.

Kami berdua pun tertawa.

"Jadi masih ada lain waktu untuk beginian ?'", canda-ku lagi.

"Mungkin aja... ", jawab Karen sambil tersenyum.

"Karen hebat sekali dalam bercinta aku kagum..", kata-ku memuji.

"Kak Ditto juga jago apalagi sperma kak Ditto kok buanyak banget gitu yah.? Karen harus double protection nih, ntar kebobolan lagi. memiaw Karen dah penuh banget nih, kayak-nya ntar lagi mau luber deh.", kata-nya.

"Aku cabut yah mr happy-nya sekarang?!", tanya-ku.

"bentar kak dito Tolong ambilin Karen tissue dulu dong kak,  waktu kak Ditto cabut pasti ikutan tumpah nih sperma-nya.", jawab-nya.

Aku raih tisu di meja sebelah ranjang-ku dan ku cabut kontol-ku pelan-pelan dari memek-nya, dan ternyata benar saja kata Karen, sperma-ku banyak sekali di sana dan mulai luber keluar. Cepat-cepat Karen menutup-nya dengan tissue dan menuju ke kamar mandi.

Terdengar suara air shower dari kamar mandi. Aku beranjak dari tempat tidur dan melihat apa yang sedang Karen perbuat. Tampak Karen sedang mencuci memek-nya dan menyabuni-nya. Kami saling berpandang mata dan saling senyum. Sungguh manis senyum Karen. Karen meminta-ku untuk mencuci kontol-ku juga. Aku turuti permintaan-nya, dan Karen menyabuni dan mencuci bersih kontol-ku.

Kami kembali ke kamar dengan keadaan terlanjang. Aku biarkan penghangat ruangan itu tetap menyala biar kami tidak kedinginan. Kami sempat berciuman lagi di atas ranjang dan kini kupeluk Karen di dalam dada-ku.

"Thank you, Karen!", kata-ku.

"Thank you juga kak Ditto!", jawab-nya.

"Bagaimana dengan pacar Karen?! Aku jadi tak enak dengan-nya.", kata-ku bingung.

Sambil menghela napas panjang, Karen berkata.

"Karen sebenarnya juga tidak tau harus bagaimana dengan dia sekarang. Karen sudah sedih memikirkan-nya. Dia seakan-akan cuman mementingkan diri-nya sendiri sekarang.", kata-nya.

"Nanti kapan-kapan Karen ceritain ke kak Ditto deh. Sekarang Karen mau tidur dulu, sudah ngantuk berat nih.", kata-nya lagi.

Dikecup sekali lagi bibir-ku dan Karen kembali tidur di dalam pelukan-ku. Kami berpelukan sampai tertidur pulas toket karen sangat kenyal, tubuh-nya sangat mulus menempel di tubuh-ku.

Sejak saat itu aku dan Karen berhubungan selayak-nya pacar sendiri, kami bersetubuh hampir setiap hari, di kantor maupun di apartment. Dan banyak kisah-kisah yang kami alami mau itu masa-masa sulit ataupun masa indah bagi kami. Sampai sekarang ini hanya beberapa orang saja yang mengetahui hubungan kami dan kami berusaha menyimpan rahasia ini sampai nanti tepat pada waktu-nya.

back to top